Partai politik, bak pesulap ulung, selalu ingin tampil sempurna di atas panggung politik. Namun, di balik tirai ilusi, rakyat merasakan pil pahit pengkhianatan. Sistem yang bobrok, penegak hukum yang lemah, dan penegakan hukum yang amburadul, menjadi lahan subur bagi korupsi untuk terus bersemi.
Baca Juga: Meresahkan! Transaksi Judi Online Tembus Rp 600 Triliun dalam 3 Bulan Pertama 2024
Plato, filsuf Yunani kuno, mengingatkan, "Jika Anda harus melanggar hukum, lakukanlah untuk merampas kekuasaan yang korup. Untuk kasus-kasus lain, pelajarilah dulu."
Pernyataan ini, meski terkesan ekstrem, menjadi cerminan keputusasaan rakyat terhadap sistem yang tak kunjung membaik.
Partai Modern yang Pro Rakyat dan Anti Korupsi
Di tengah kegelapan ini, secercah harapan masih ada. Rakyat mendambakan partai politik baru, partai politik modern yang benar-benar pro rakyat dan anti korupsi. Partai yang lahir dari rahim rakyat, bukan dari ambisi politik semata.
Partai ini haruslah dipimpin oleh figur-figur berintegritas, dengan rekam jejak mumpuni dan pengabdian nyata kepada rakyat. Mereka harus berani melawan arus korupsi, menegakkan keadilan, dan memperjuangkan hak-hak rakyat kecil.
Partai ini juga haruslah mengedepankan transparansi dan akuntabilitas. Setiap kebijakan dan program harus dibahas secara terbuka dan melibatkan rakyat. Dana publik harus dikelola dengan cermat dan bertanggung jawab, tanpa celah bagi korupsi untuk bercokol.
Lebih dari sekadar janji politik, rakyat membutuhkan bukti nyata. Partai ini harus menunjukkan komitmennya melalui aksi nyata, bukan sekadar kata-kata manis di atas podium.
Fajar politik baru harus segera terbit, mengantarkan bangsa ini pada masa depan yang lebih cerah. Masa depan di mana partai politik benar-benar menjadi alat perjuangan rakyat, bukan alat bagi segelintir elite untuk memperkaya diri.
Sebagai penutup tulisan ini, mari kita sama-sama meresapi pernyataan seorang anggota Majelis Pidana Mahkamah Agung Belanda, Bernardus Maria Taverne (1874-1994) yang pernah mengatakan,”Beri saya hakim yang baik sehingga dengan undang-undang yang buruk sekalipun saya bisa membawa keadilan.”
Apa yang dikatakan Taverne tersebut adalah bentuk motivasi dan dorongan bagi para hakim untuk tidak terjebak dan terbelenggu oleh sifat hukum tertulis atau undang-undang yang bersifat kaku. Agar hakim tidak semata-mata menjadi corong undang-undang.
Artikel Terkait
Megawati, Oposisi, Politik Dendam dan Kebencian
Patung Melik Nggendhong Lali, Butet dan Megawati
Elite Toksik dan Badut Politik Pasca Pilpres 2024: Drama Koalisi dan Pragmatisme Kekuasaan
Bekingan Pejabat, Elite Korup, dan Penegakan Hukum yang Lemah
Rakernas V PDI Perjuangan, Kekecewaan Megawati, dan Tantangan Demokrasi
Skandal Elite Korup dan Kutukan Rakyat Jelata, Sebuah Refleksi
Membongkar Akar Korupsi di Indonesia: Sistem Cacat, Penegakan Hukum Lemah, dan Elite Serakah
Keadilan di Indonesia, Mimpi Reformasi yang Terkikis Korupsi