Itu pun lagi-lagi kalau mereka bergerak benar-benar dari hati nurani dan tidak ‘diorkestrasi’ oleh kekuatan tertentu demi kepentingan politik praktis.
Dengan rentetan fakta dan kejadian ini, wajar bila kemudian muncul kecurigaan di masyarakat tentang adanya suatu gerakan yang dimainkan oleh paslon tertentu karena merasa di ujung tanduk untuk bertarung memenangi kontestasi Pilpres 2024. Benarkah demikian? Silakan Anda menyimpulkan sendiri jawabannya.
Baca Juga: FIFA Umumkan Final Piala Dunia 2026 Akan Berlangsung di Stadion MetLife New York/New Jersey
Hak menyatakan pendapat adalah bagian dari demokrasi, namun tentu harus dengan data-data yang akurat dan bisa dipertanggungjawabkan agar tidak menimbulkan kegaduhan di ruang publik, terlebih menjelang pelaksanaan Pemilu dan Pilpres yang tinggal menghitung hari.
Yang pasti, Pemilu dan Pilpres 2024 tidak boleh dideligitimasi dan didemoralisasi sehingga menguntungkan kelompok yang ingin menguasai kekuasaan dengan cara-cara menghasut dan memfitnah Pemerintah. Karena kejujuran adalah salah satu simbol lahirnya pengetahuan dan pemikiran beradab.
Mengakhiri tulisan ini dengan kalimat bijak penuh makna dari Nelson R. Mandela: “Penjahat itu tidak pernah membangun negara. Mereka hanya memperkaya diri sambil merusak negara.”***
Artikel Terkait
Pilpres 2024, Politik Kotor, dan Upaya Pemakzulan Presiden Jokowi
Presiden Jokowi, antara Opini, Fakta, dan Dukungan Rakyat
Hilirisasi Jokowi dan Pertempuran Politik Jelang Pilpres 2024
Prabowo Subianto Menjemput Kemenangan Pilpres 2024
Debat Capres untuk Mencari Pemimpin Terbaik, Bukan Memilih Kandidat Berwatak Sengkuni
51 Tahun PDI Perjuangan: Elektabiltas Merosot hingga ‘Kehilangan’ Jokowi, Masihkah Jadi Partai Wong Cilik?
Ilusi Pemakzulan Jokowi oleh Kelompok yang Tidak Siap Kalah
Presiden Boleh Berkampanye dan Berpihak, Tinjauan Hukum dan Etik
Etika Abal-Abal Para Capres-Cawapres dan Elite Politik Jelang Pilpres 2024