Baca Juga: Pemerintah Provinsi Jawa Tengah Ogah Efisiensi Anggaran Jika Menyangkut Tanggap Bencana
Peran Perempuan dan Modal Sosial
Salah satu temuan menarik dalam riset ini adalah peran signifikan perempuan dalam gerakan lingkungan.
“Perempuan adalah kekuatan yang luar biasa. Mereka sehari-hari terdampak langsung oleh krisis lingkungan, seperti kelangkaan air atau mahalnya harga beras. Mereka juga yang mencari solusi,” ujar Hening Parlan.
Di banyak komunitas, perempuan menjadi motor penggerak inovasi lingkungan, mulai dari pengelolaan sampah hingga konservasi air. Ini menunjukkan bahwa gerakan lingkungan tidak akan efektif tanpa melibatkan kelompok yang paling terdampak.
Riset ini juga mengungkap bahwa aksi lingkungan di tingkat lokal memiliki ketahanan (resilience) yang lebih kuat dibandingkan kebijakan nasional.
“Ketika ada pergeseran politik di tingkat nasional, gerakan lingkungan sering terhambat. Tapi di tingkat lokal, aksi-aksi ini tetap berjalan,” kata Andhyta F. Utami, CEO Think Policy Indonesia.
Ini menunjukkan urgensi untuk “membumikan” gerakan lingkungan. Seperti ajaran Islam tentang sedekah, yang menganjurkan untuk membantu orang terdekat terlebih dahulu, aksi lingkungan juga harus dimulai dari tingkat lokal.
Baca Juga: Firdaus Oiwobo Dipecat dari KAI Usai Aksi Kontroversial di Sidang, Etika Advokat Dipertaruhkan?
Mengapa Green Islam Belum Masif?
Meski potensinya besar, gerakan Green Islam di Indonesia masih setengah hati. Menurut riset ini, hal ini terjadi karena kurangnya institusionalisasi gerakan lingkungan berbasis agama.
“NU dan Muhammadiyah, yang usianya sudah lebih dari 100 tahun, sebenarnya sudah melakukan banyak aksi lingkungan. Hanya saja, mereka belum menamainya sebagai Green Islam,” jelas Testriono.
Selain itu, riset ini juga menemukan bahwa pendekatan budaya dan historis sering diabaikan. Padahal, sejarah Islam di Indonesia, seperti dakwah Walisongo yang sangat akomodatif terhadap budaya lokal, bisa menjadi inspirasi untuk gerakan lingkungan saat ini.
Agar gerakan Green Islam bisa lebih masif, riset ini merekomendasikan beberapa langkah strategis:
- Peningkatan Kapasitas Inisiator Lokal: Aktivis lingkungan, pemuda, dan tokoh agama perlu diberi pelatihan inovasi lingkungan.
- Pemanfaatan Dana Zakat dan Wakaf: Dana keagamaan bisa dialokasikan untuk proyek-proyek lingkungan berkelanjutan.
- Promosi Inovasi Lokal: Praktik terbaik dari desa-desa Muslim perlu dipromosikan ke tingkat nasional dan internasional.
Baca Juga: Kebakaran Misterius di Gedung Kementerian ATR/BPN, Budaya Korupsi, dan Politik Sandera
Artikel Terkait
PGI Tolak Mengelola Tambang, Berbeda dengan Muhammadiyah dan NU
Hukuman 5 Tahun Penjara untuk Aktivis Iklim di Inggris, Just Stop Oil Jadi Sorotan
Indonesia Kena Prank! Janji Kucurkan Dana JETP Miliaran Dollar, Cuma Angin Surga, Adik Presiden Murka
Mak Jah, Penjaga Terakhir Desa Bedono yang Hilang, Bertahan Seorang Diri Melawan Abrasi Laut
Kiamat Ekologis di Depan Mata, Begini Peran Umat Islam dalam Menghadapi Krisis Lingkungan Global
Anak Muda Muslim Bergerak! Kampanye Perubahan Iklim Demi Masa Depan Bumi