Sebagai penutup, riset ini mengingatkan kita bahwa solusi krisis iklim tidak selalu datang dari kebijakan makro atau perjanjian internasional. Justru, kekuatan terbesar ada di tingkat lokal, di mana komunitas Muslim dengan nilai-nilai keislamannya bisa menjadi garda terdepan gerakan lingkungan.
Seperti kata Hening Parlan, “Kita tidak perlu terlalu mengukur diri dengan orang lain. Ukurlah diri kita dengan gaya dan kekuatan kita sendiri.”
Dalam konteks ini, Green Islam bukan hanya sebuah gerakan, tetapi juga bukti bahwa keimanan dan aksi nyata bisa bersatu untuk menyelamatkan bumi.
Maka, pertanyaannya bukan lagi mengapa kita harus peduli, tetapi sudah sejauh mana kita bertindak.
“Karena, seperti ajaran Islam, membaca (iqra) saja tidak cukup. Kita harus bergerak,” pungkas Hening Parlan.***.
Artikel Terkait
PGI Tolak Mengelola Tambang, Berbeda dengan Muhammadiyah dan NU
Hukuman 5 Tahun Penjara untuk Aktivis Iklim di Inggris, Just Stop Oil Jadi Sorotan
Indonesia Kena Prank! Janji Kucurkan Dana JETP Miliaran Dollar, Cuma Angin Surga, Adik Presiden Murka
Mak Jah, Penjaga Terakhir Desa Bedono yang Hilang, Bertahan Seorang Diri Melawan Abrasi Laut
Kiamat Ekologis di Depan Mata, Begini Peran Umat Islam dalam Menghadapi Krisis Lingkungan Global
Anak Muda Muslim Bergerak! Kampanye Perubahan Iklim Demi Masa Depan Bumi