GreenFaith & UM Surabaya Dorong Ekoteologi Lintas Iman Hadapi Krisis Iklim

photo author
- Selasa, 25 November 2025 | 20:44 WIB
Syahrul Ramadhan, Circle Officer GreenFaith Indonesia, menjelaskan praktik baik lintas iman dalam perlindungan lingkungan pada Kuliah Tamu “Mendorong Kajian Ekoteologi Lintas Iman di Perguruan Tinggi” di Universitas Muhammadiyah Surabaya, 20 November 2025.
Syahrul Ramadhan, Circle Officer GreenFaith Indonesia, menjelaskan praktik baik lintas iman dalam perlindungan lingkungan pada Kuliah Tamu “Mendorong Kajian Ekoteologi Lintas Iman di Perguruan Tinggi” di Universitas Muhammadiyah Surabaya, 20 November 2025.

HUKAMANEWS GreenFaith - Kajian ekoteologi di kampus kini didorong lebih dari sekadar wacana akademik. Universitas Muhammadiyah Surabaya (UM Surabaya) menekankan penerapannya dalam praktik sehari-hari untuk merespons krisis lingkungan.

Dekan Fakultas Agama Islam UM Surabaya, Dr. Thoat Stiawan, membuka Kuliah Tamu bertema “Mendorong Kajian Ekoteologi Lintas Iman di Perguruan Tinggi”. Ia menekankan pentingnya perspektif ekoteologi yang aplikatif.

“Jika forum lintas iman ini mampu melahirkan perspektif ekoteologi yang aplikatif, maka itu adalah wujud peran kita sebagai khalifah fil ardh yang memberikan dampak nyata bagi UM Surabaya,” ujarnya.

Baca Juga: BREAKING NEWS: Prabowo Teken Rehabilitasi Ira Puspadewi dan Pejabat ASDP

Acara ini digelar GreenFaith Indonesia bekerja sama dengan Ummah for Earth dan Program Studi Agama-Agama UM Surabaya. Mereka menekankan krisis ekologis bukan hanya masalah lingkungan, tapi juga persoalan moral dan spiritual yang membutuhkan pendekatan lintas iman.

Roy Murtadho dari Pondok Pesantren Ekologi Misykat Al Anwar menyoroti akar teologis dan filosofis kerusakan lingkungan. Ia mengingatkan, hubungan manusia dengan alam telah retak, dari hilangnya keanekaragaman hayati hingga ancaman mikroplastik di laut pada 2050.

“Dalam perspektif ekoteologi, tugas kita adalah mengembalikan harmoni antara jagad gedhe—alam semesta—dan jagad cilik—manusia. Menjaga bumi adalah bagian dari kemaslahatan, karena tanpa bumi yang sehat, peradaban tidak mungkin bertahan,” tegasnya.

Baca Juga: Fakta Baru Kematian Alvaro Bikin Tetangga dan Keluarga Nggak Nyangka, Ayah Tiri Ikut Heboh Cari Alvaro, Ternyata....

Syahrul Ramadhan, Circle Officer GreenFaith Indonesia, menekankan praktik baik lintas agama dalam perlindungan lingkungan. Ia menyebut krisis iklim sebagai akibat dari ulah manusia, sehingga umat beriman punya tanggung jawab mengembalikan keseimbangan.

GreenFaith Indonesia mendorong berbagai inisiatif, seperti kampanye puasa energi, Fikih Transisi Energi yang Berkeadilan, tasaruf ZIS, Wakaf Hutan, solar panel, dan Sedekah Energi, bekerja sama dengan komunitas lintas iman.

Dari sisi akademik, Maulana Mas’ud, Dosen Studi Agama-Agama UM Surabaya, menegaskan pentingnya memasukkan ekoteologi lintas iman ke dalam kurikulum. Pendekatan ini menguatkan akidah dan tauhid sekaligus memperkuat cara pandang ilmiah tanpa mengganggu keyakinan.

Baca Juga: Jangan Lelah Mencintai Indonesia, Bahkan Saat Pengabdian Dibalas Bui

Zahra Zayyina Hanifah, mahasiswa dan moderator acara, menambahkan bahwa forum ini bukan hanya untuk mendengar, tapi juga ruang dialog dan refleksi. Peserta diajak memikirkan peran iman dan ilmu dalam merespons persoalan ekologis.

Acara yang dihadiri 60 peserta ini diharapkan memperkuat kolaborasi antara GreenFaith Indonesia, Ummah for Earth, Pondok Pesantren Ekologi Misykat Al Anwar, dan UM Surabaya. Langkah ini penting untuk menumbuhkan kesadaran ekologis dan mengembangkan ekoteologi yang aplikatif di lingkungan akademik.***

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Sukowati Utami JI

Tags

Rekomendasi

Terkini

Banjir Sumatra dan Krisis Moral Ekologis Bangsa

Sabtu, 6 Desember 2025 | 22:05 WIB

Tragedi Sumatera, Ketika Kesucian Alam Dipertaruhkan

Kamis, 4 Desember 2025 | 14:07 WIB
X