Dunia Panas Ekstrem, COP30 Diharapkan Jinakkan Emisi, tapi Pasar Karbon Indonesia Malah Bikin Khawatir?

photo author
- Senin, 17 November 2025 | 20:30 WIB
Suasana COP30 di Belem dengan fokus isu iklim dan pasar karbon Indonesia. (HukamaNews.com / Instagram @greenfaith.id)
Suasana COP30 di Belem dengan fokus isu iklim dan pasar karbon Indonesia. (HukamaNews.com / Instagram @greenfaith.id)

HUKAMANEWS - Krisis iklim global kembali menjadi sorotan dunia saat COP30 dibuka di Belem, Brasil, dengan janji menata ulang arah penyelamatan bumi, meski rekam jejak pertemuan sebelumnya jauh dari kata berhasil.

Pertemuan akbar para pemimpin dunia ini kembali menegaskan pentingnya menurunkan emisi, menjaga suhu bumi, dan memperkuat sistem perlindungan bagi negara yang paling terdampak krisis iklim.

Namun di tengah bencana ekstrem yang meningkat dari Asia hingga Amerika Latin, pertanyaan besarnya tetap sama: apakah COP30 benar-benar membawa perubahan, atau hanya satu bab baru dalam deretan janji tanpa aksi?

Baca Juga: Prof. Prabang Ajak Kader Muhammadiyah Rawat Bumi dengan Iman dan Tindakan

Jejak Panjang COP: Ambisi Besar, Capaian Kecil

Selama hampir tiga dekade, COP dipromosikan sebagai forum global untuk menyelamatkan bumi dari keruntuhan iklim, tetapi faktanya emisi global justru terus meningkat.

COP3 di Kyoto melahirkan Protokol Kyoto pada 1997, yang untuk pertama kalinya mewajibkan negara maju mengurangi emisi gas rumah kaca, tetapi efektivitasnya langsung melemah setelah Amerika Serikat menolak meratifikasinya.

COP21 di Paris pada 2015 menghadirkan Perjanjian Paris, yang disambut sebagai terobosan bersejarah karena negara-negara berjanji menahan kenaikan suhu di bawah 1,5°C.

Namun komitmen itu kembali goyah setelah AS sempat keluar dari perjanjian tersebut.

COP28 di Dubai tahun 2023 menghasilkan kesepakatan transisi dari energi fosil, tetapi tanpa target jelas dan tanpa tenggat waktu yang tegas.

Baca Juga: UAD dan 1000 Cahaya Muhammadiyah Menyalakan Transisi Energi dari Kampus ke Kehidupan

Target 1,5°C: Masih Sekadar Impian

Para ilmuwan memperingatkan dunia harus menurunkan emisi global sebesar 40% pada 2030, tetapi tren global menunjukkan hal yang berlawanan.

Sepanjang 2023–2024, banjir bandang, kebakaran hutan, dan gelombang panas ekstrem menewaskan ribuan orang dari Libya hingga Kanada, dan dari Eropa hingga Asia, termasuk Indonesia.

Laporan Lancet Countdown on Health and Climate Change 2025 bahkan menyebutkan bahwa pemanasan global membunuh setidaknya satu orang setiap menit di seluruh dunia.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Jiebon

Sumber: instagram @greenfaith.id

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Banjir Sumatra dan Krisis Moral Ekologis Bangsa

Sabtu, 6 Desember 2025 | 22:05 WIB

Tragedi Sumatera, Ketika Kesucian Alam Dipertaruhkan

Kamis, 4 Desember 2025 | 14:07 WIB
X