Dendam Megawati
Adalah fakta bahwa PDI Perjuangan dan Megawati selalu menunjukkan amarah dan dendam kepada Jokowi dan keluarga. Itu terlihat terang benderang pada pernyataan pernyataan Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto.
Narasi kemarahan dan dendam itu mulai bergulir sejak Gibran ditetapkan KPU sebagai calon wakil presiden Prabowo Subianto.
Sejak saat itu pernyataan-pernyataan yang keluar dari mulut Hasto Kristyanto tak lebih dari kemarahan, dendam, serta sindiran yang diarahkan ke Jokowi dan keluarganya. Pendek kata, PDI Perjuangan merasa dikhianati oleh Jokowi.
Baca Juga: Turun Harga! Daftar Harga Gas Elpiji Terbaru Ukuran 5,5 Kg dan 12 Kg Berlaku 1 Mei
Setelah KPU menetapkan Prabowo dan Gibran sebagai presiden dan wakil presiden terpilih, yang seharusnya mengakhiri semua perseteruan soal Pilpres, PDI Perjuangan tidak berubah. Partai banteng moncong putih ini tetap merawat narasi kebencian dan dendam.
Dengan fakta-fakta itu publik jadi tidak terlalu terkejut jika akhirnya PDI Perjuangan memilih menjadi oposisi, mekipun antara Megawati dan Prabowo tidak ada masalah sama sekali. Dendam dan kemarahan PDI Perjuangan terhadap Jokowi dan keluarga tetap menghalangi pertemuan Megawati dengan Prabowo.
Boleh jadi itu pula yang dibaca oleh partai-partai lain sehingga akhirnya berkoalisi dengan Prabowo Gibran.
Baca Juga: Terlanjur Download File APK dari WhatsApp? Ini yang Harus Segera Dilakukan!
Nasdem dan PKB, misalnya, bisa saja membaca bahwa PDI Perjuangan beroposisi lebih pada masalah internal mereka, dalam hal ini kemarahan kepada Jokowi dan keluarganya. Tentu saja bagi Nasdem dan PKB tak elok untuk ikut bergabung dalam barisan oposisi yang berlandaskan dendam dan kemarahan semacam ini.
Itu juga barangkali yang membuat Nasdem maupun PKS dan PKB tidak ikut cawe-cawe menggugat hasil Pilpres ke PTUN sebagaimana yang dilakukan oleh PDI Perjuangan. Itu pula mungkin yang menjadi sebab Nasdem dan PKB tidak membutuhkan waktu lama untuk menerima pinangan Prabowo bergabung dalam koalisi 02.
Adapun PDI Perjuangan dan PKS yang digadang-gadang akan menjadi oposisi juga akan sulit bersatu. Kedua partai ini berbeda dalam segala hal, baik ideologi konstituen maupun sikap politik. Keduanya seperti minyak dan air yang sulit untuk di pertemukan.
Baca Juga: Awam Sering Rancu, Perbedaan Penyelidikan dan Penyidikan dalam Kepolisian
Tidak heran jika kemudian mengemukakan dugaan bahwa pada akhirnya PKS akan ikut bergabung dalam koalisi Prabowo Gibran. PKS paling tidak telah beberapa kali mendukung Prabowo dalam perhelatan pilpres sehingga lebih mudah menjalin kerjasama.
Jika PDI Perjuangan sendirian yang beroposisi publik akan semakin percaya bawa sikap berlawanan dengan pemerintahan Prabowo adalah semata-mata buah dari dendam dan kemarahan PDI Perjuangan terhadap Jokowi.