Ada baiknya bila elite PDIP dan Presiden Jokowi bertemu dan menemukan solusi bersama untuk kolaboratif mengelola situasi politik nasional dan memastikan jalannya pemilu mendatang yang transparan, jujur, adil dan bebas dari manipulasi dan korupsi.
Dalam era globalisasi dan demokrasi modern, kecerdasan politik sangat dibutuhkan untuk mengendalikan kekuasaan tanpa mengabaikan kepentingan nasional. Joko Widodo tengah mempertaruhkan reputasi politiknya untuk melindungi bangsa dan negara dari kelompok-kelompok yang sangat berambisi berkuasa tanpa memperhatikan kepentingan bangsa dan negara.
Baca Juga: Awas Menyebar Hoax, Inilah Hukum yang Akan Menjeratmu Jika Terbukti Melakukan!
Kedepankan Etika Politik
Gibran Rakabuming Raka yang diusung oleh Golkar maju sebagai calon wakil presiden - yang diharapkan menjadi magnet politik generasi milenial dan Gen Z - membuat banyak elite PDIP merasa khawatir.
Namun, bila berpikir besar dengan mempertimbangkan kepentingan nasional, bangsa dan Negara, harusnya semua elite PDI Perjuangan dan Megawati selaku Ketua Umum merasa bangga karena ada kader muda PDI Perjuangan dipercaya oleh Parpol terbesar nomor 2 untuk maju sebagai cawapres dalam pemilu Presiden 2024.
Terlepas dari perbedaan pandangan yang terjadi, sebaiknya elite PDI Perjuangan tidak merasa hebat dan merendahkan sosok Gibran. Pun tidak seharusnya menyerang Gibran dan Jokowi dengan berbagai fitnah dan intrik.
Baca Juga: Mungkinkah Koruptor di Indonesia Dihukum Mati? Cek Faktanya Terkait Hukuman Mati Pelaku Korupsi
Seorang negarawan harus sibuk dengan sikapnya yang bijaksana, karena nilai sejati seorang pemimpin terletak pada hati dan lidahnya. Rakyat membutuhkan pemimpin yang rendah hati, berani menghadapi risiko, dan berkomitmen untuk kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara.
Politik adalah seni strategi, terkadang memenangkan dan terkadang kalah. Upaya untuk mengesampingkan peran Joko Widodo dalam politik nasional seharusnya tidak menjadi fokus, terutama jika hal tersebut mengorbankan persatuan dan stabilitas politik.
Dalam menghadapi tantangan ini, PDI Perjuangan dan Joko Widodo perlu mencari solusi bersama untuk mengelola situasi politik nasional dengan kolaborasi dan memastikan pemilu mendatang berjalan transparan, jujur, adil, dan bebas dari manipulasi dan korupsi.
Baca Juga: Sebut Putusan MK Berbau Tirani, Politikus PDIP Masinton Pasaribu Minta DPR Gunakan Hak Angket
Elite PDI Perjuangan, sebagai partai dan politisi senior, seharusnya berbicara dengan etika yang lebih baik dan tidak mendramatisir situasi. Jauhi retorika yang merugikan masyarakat dan lebih fokus pada pemilu yang transparan, jujur, dan bebas dari manipulasi. Fokus pada pemilu dan berusaha memenangkan kandidat mereka tanpa mengorbankan etika politik.
Demokrasi seharusnya didasarkan pada mendengar suara rakyat, memahaminya, dan berkomitmen untuk mengimplementasikan kehendak rakyat.
Keadaan ini memang membutuhkan kecerdasan politik agar kepentingan negara tetap terjaga. Karena, sekali lagi, etika berpolitik itu seni berstrategi, siap menang, siap kalah. Tidak ada rumus Presiden harus tunduk perintah pemilik partai!***
Artikel Terkait
Inspirasi: Operasi Bandar Politik Jelang 2024
Jelang Tahun Politik Menag Ingatkan Jangan Pilih Pemimpin yang Memecah Belah Umat
Mengejutkan, Hasil Kajian KPK Sebut Kaum Hawa Jadi Penerima Terbanyak Politik Uang, Ini Penyebabnya
Menebak Langkah Politik PSI, Prabowo atau Ganjar?
Dugaan Dinasti Politik Keluarga Jokowi, antara Ambisi dan Etika Kekuasaan
Membaca Langkah Senyap Jokowi dan Pertalian dengan Generasi Z pada Pilpres 2024
Depresi Politik Jelang Pertarungan Pilpres 2024, Gen Z, dan Indonesia Emas