analisis

Elite Toksik dan Badut Politik Pasca Pilpres 2024: Drama Koalisi dan Pragmatisme Kekuasaan

Selasa, 21 Mei 2024 | 21:44 WIB
Ilustrasi Badut Politik. Pasca PIlpres 2024, para badut politik mulai bermunculan seiring dengan maraknya pragmatisme berpolitik demi ikut mencicipi kue kekuasaan di pemerintahan baru Prabowo Gibran.

HUKAMANEWS – Dinamika politik terjadi pasca KPU menetapkan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka sebagai Presiden dan Wakil Presiden RI. Kubu yang kalah ternyata tak tahan godaan untuk bergabung dengan koalisi Prabowo yang beberapa bulan lagi memerintah. 

Prabowo-Gibran dalam beberapa kali pernyataannya memang ingin merangkul pihak yang kalah di Pilpres 2024. Ajakan ini disambut baik oleh beberapa partai anggota koalisi kubu Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (AMIN) dan kubu 03 Ganjar Pranowo-Mahfud MD. Setelah PKB dan Nasdem menyatakan bergabung ke Koalisi Indonesia Maju, PKS dan PPP pun menyatakan kesediaan yang sama.

Inilah yang kemudian menimbulkan kekecewaan dari para relawan dan mengundang banyak cibiran. Tak ubahnya badut-badut politik, mereka telah lupa narasi tuduhan Pilpres curang yang sempat membakar emosi para pendukungnya untuk membuat perlawanan.

Baca Juga: Dukungan Prancis Terhadap ICC dalam Kasus Netanyahu, Langkah Berani di Tengah Ketegangan Global

Politikus senior Dr. Pieter C Zulkifli, SH., MH., menganggap hal tersebut sebagai fenomena miris dalam dunia perpolitikan Tanah Air. Etika politik dan bagaimana demokrasi harusnya dijalankan secara berimbang, menjadi catatan kritisnya dalam analisis politik berikut ini. 

Setelah Komisi Pemilihan Umum (KPU) menetapkan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka sebagai Presiden dan Wakil Presiden RI, dinamika politik nasional berubah drastis. Tak sedikit pihak dari kubu yang kalah berusaha merapat ke koalisi Prabowo, menciptakan pemandangan politik yang menarik sekaligus ironis. 

Ajakan Prabowo-Gibran untuk merangkul pihak yang kalah dalam Pilpres 2024, tak disangka disambut hangat oleh partai-partai dari koalisi Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (AMIN) dan Ganjar Pranowo-Mahfud MD. Kecuali PDIP, hampir semua partai pendukung pasangan capres 01 dan 03, kini mulai mendekat ke Koalisi Indonesia Maju.

 Baca Juga: Bobby Nasution Gabung Gerindra, Presiden Jokowi Doakan Langkah Politik Menantu Menuju Pilgub Sumut 2024

Fenomena ini menuai cibiran dan kritik tajam dari berbagai pihak. Kubu yang sebelumnya menuduh Prabowo curang dan tidak tahan menjadi oposisi, kini justru berlomba-lomba merapat ke kubu pemenang. Mereka tak ubahnya badut politik yang dengan mudah melupakan narasi tuduhan kecurangan Pilpres yang sebelumnya mereka kobarkan dan sempat menyulut emosi ribuan masa pendukungnya. 

Penulis menilai fenomena ini sebagai cerminan buruknya etika politik di Indonesia. Tuduhan kecurangan yang dilontarkan kubu 01 dan 03 selama kampanye dan pasca-Pilpres yang tidak terbukti di Mahkamah Konstitusi (MK), namun narasi tersebut tetap digunakan untuk memobilisasi emosi pendukung hingga kini.

Sementara itu, mereka sibuk main mata untuk mencari posisi aman di kubu kekuasaan.

Baca Juga: Viral! Seorang Bocah Picu Kecelakaan Beruntun di Tol Jagorawi, Simak Kronologi dan Dampaknya 

Perubahan arah koalisi: rekonsilisasi atau pragmatisme? 

Dalam politik, pragmatisme sering kali mengalahkan prinsip, dan ini terlihat jelas dalam perubahan sikap partai-partai pasca-Pilpres 2024. Elite politik yang sebelumnya bersikap oposisi kini mulai bergabung dengan kubu pemenang, menunjukkan bahwa dalam politik tidak ada musuh maupun teman abadi.

Halaman:

Tags

Terkini

Membenahi Gagap Nalar Peradilan

Kamis, 4 Desember 2025 | 12:37 WIB

Bandara IMIP dan Hilangnya Kedaulatan Negara

Kamis, 27 November 2025 | 15:06 WIB

Rapuhnya Integritas “Wakil Tuhan di Muka Bumi”

Senin, 27 Oktober 2025 | 10:00 WIB

DPR dan Mutu Rendah Legislasi

Senin, 13 Oktober 2025 | 07:00 WIB

Jalan Terjal Mengembalikan Akal Sehat Kekuasaan

Senin, 6 Oktober 2025 | 12:00 WIB

“Mental Stunting” Pejabat

Sabtu, 13 September 2025 | 09:00 WIB

Keadilan Fiskal dan Martabat Demokrasi

Senin, 8 September 2025 | 11:00 WIB

Menyulam Tenun Kebangsaan, Menjaga Indonesia

Rabu, 3 September 2025 | 22:00 WIB