Sudah saatnya menutup buku lama dan membuka lembaran baru. Diharapkan, setelah pelantikan pemerintahan baru pada Oktober 2024, semua pihak dapat bersatu demi kepentingan nasional.
Meskipun langkah-langkah ini bisa dianggap sebagai upaya rekonsiliasi demi persatuan bangsa, masih ada rasa getir yang dirasakan oleh banyak pihak. Pragmatisme politik dan inkonsistensi elite politik pasca Pilpres 2024 menunjukkan dinamika politik Indonesia yang kompleks, sekaligus ironis.
Baca Juga: Kesal karena Android TV Lemot? Simak Penyebab dan 7 Tips Mengatasinya!
Pragmatisme politik demi kekuasaan memang tidak bisa dihindari, namun diharapkan semua pihak yang berkonflik dapat mengakhiri perselisihan dan bekerja bersama untuk membangun Indonesia.
Kini, harapan besar tertumpu pada pemerintahan baru Prabowo-Gibran untuk mampu merangkul semua pihak dan membangun bangsa dengan lebih baik, sembari tetap menghadirkan oposisi yang kritis dan konstruktif demi kemajuan demokrasi Indonesia.
Karena, keberadaan oposisi yang sehat akan menjadi penyeimbang yang diperlukan untuk menjaga demokrasi tetap produktif dan berkeadilan. ***
Artikel Terkait
Residu Pilpres 2024, Dalil Kecurangan, dan ‘Lawakan’ Anies - Ganjar di MK
Politik Jalan Tengah Puan Maharani
Sengketa Pilpres 2024, Megawati: Amicus Curiae atau Cawe-Cawe?
Pilpres 2024, Siapa 'Membakar' Rumah PDI Perjuangan?
Menimbang Seberapa Penting Pertemuan Megawati, Jokowi, dan Prabowo
Megawati, Oposisi, Politik Dendam dan Kebencian
Patung Melik Nggendhong Lali, Butet dan Megawati