Ini karena Anies tidak terikat dengan transaksi politik soal pemungutan suara. Oleh karena itu beban di bahu Ganjar membuatnya semakin menderita.
Puncak masalah yang dihadapi Ganjar bermula dari kritikannya terhadap Presiden Jokowi yang terlalu bar-bar. Seperti menuduh Presiden Jokowi berkampanye, menggunakan bansos sebagai penarik suara untuk anaknya.
Baca Juga: Belajar Bahasa: Ramadan atau Ramadhan? Begini Penulisan yang Benar Menurut KKBI
Bahkan yang paling terasa adalah saat Ganjar menyetujui skenario sejumlah sivitas akademika mulai dari dosen hingga rektor yang menyebut jokowi perusak demokrasi.
Padahal di saat yang sama, Ganjar lupa melihat bahwa Jokowi disukai lebih dari 80% rakyat Indonesia. Kesalahan inilah yang kemudian berbuntut pada hilangnya jati diri Ganjar.
Ganjar yang dulunya dikenal sebagai tokoh negarawan, kini dicap sebagai tokoh paling banyak sandiwara. Kira-kira bagaimana nasib Ganjar setelah hak angket dibatalkan?
PDI Perjuangan Tertipu Popularitas Semu
Ganjar adalah sebuah kesalahan bagi PDI Perjuangan dalam menentukan calon presidennya. Ganjar miskin prestasi. Jateng yang dipimpin selama dua periode adalah daerah dengan UMR terendah di Indonesia. Alih-alih menyelesaikan masalah, Ganjar justru sibuk menghabiskan waktunya mencitrakan diri di media social selama menjabat sebagai gubernur.
Puan Maharani pernah menyindir Ganjar tentang popuaritasnya karena bermedia social selama menjabat. Di sisi lain, popularitas yang didapat Ganjar tak lain karena masyarakat beranggapan dia dekat dengan Jokowi. Dan ini terbukti ketika Jokowi menjauh dan tidak memberikan dukungan kepada Ganjar, elektabilitasnya mendadak hancur lebur.
Sekarang, Ganjar mencoba berdiri sendiri dengan melawan Jokowi. Namun, keberanian Ganjar mengkritik dan menilai rendah kepemimpinan Jokowi yang dicintai oleh 80% lebih rakyat Indonesia justru menjadi bumerang baginya. Semakin keras dia melawan, semakin dalam dia tenggelam.
Baca Juga: Cara Mudah Mengatasi Tabung Gas Mendesis
Hasil Pilpres 2024 adalah bukti dari semua premis ini. PDI Perjuangan mungkin menyesal telah memilih Ganjar. Bila hanya mendapat suara 16 % Puan Maharani juga bisa. Mungkin bisa lebih.
Boleh jadi, para petinggi PDI Perjuangan yang dulu menolak Ganjar dijadikan Capres, sekarang tertawa karena perkataan mereka benar bahwa Ganjar tidak punya prestasi dan tidak ada yang bisa dijual selain mendompleng nama besar Jokowi.
Permainan Ganjar yang didukung beberapa elite PDI Perjuangan dengan skenario mendramatisir pemilu curang hingga gerakan angket untuk pemakzulan Presiden Jokowi sangat membahayakan masa depan bangsa dan negara.