Pilpres 2024, Menanti Sikap Legowo Ganjar Pranowo

photo author
- Minggu, 17 Maret 2024 | 16:41 WIB
Ilustrasi Capres Ganjar Pranowo dengan jargon Tuanku ya Rakyat.
Ilustrasi Capres Ganjar Pranowo dengan jargon Tuanku ya Rakyat.

Ini karena Anies tidak terikat dengan transaksi politik soal pemungutan suara. Oleh karena itu beban di bahu Ganjar membuatnya semakin menderita. 

Puncak masalah yang dihadapi Ganjar bermula dari kritikannya terhadap Presiden Jokowi yang terlalu bar-bar. Seperti menuduh Presiden Jokowi berkampanye, menggunakan bansos sebagai penarik suara untuk anaknya.

Baca Juga: Belajar Bahasa: Ramadan atau Ramadhan? Begini Penulisan yang Benar Menurut KKBI

Bahkan yang paling terasa adalah saat Ganjar menyetujui skenario sejumlah sivitas akademika mulai dari dosen hingga rektor yang menyebut jokowi perusak demokrasi.

Padahal di saat yang sama, Ganjar lupa melihat bahwa Jokowi disukai lebih dari 80% rakyat Indonesia. Kesalahan inilah yang kemudian berbuntut pada hilangnya jati diri Ganjar.

Ganjar yang dulunya dikenal sebagai tokoh negarawan, kini dicap sebagai tokoh paling banyak sandiwara. Kira-kira bagaimana nasib Ganjar setelah hak angket dibatalkan?

Baca Juga: Akhirnya, Presiden AS Joe Biden Beri Ucapan Selamat kepada Prabowo yang Ungguli Pilpres 2024 via Surat Resmi 

PDI Perjuangan Tertipu Popularitas Semu 

Ganjar adalah sebuah kesalahan bagi PDI Perjuangan dalam menentukan calon presidennya. Ganjar miskin prestasi. Jateng yang dipimpin selama dua periode adalah daerah dengan UMR terendah di Indonesia. Alih-alih menyelesaikan masalah, Ganjar justru sibuk menghabiskan waktunya mencitrakan diri di media social selama menjabat sebagai gubernur.

Puan Maharani pernah menyindir Ganjar tentang popuaritasnya karena bermedia social selama menjabat. Di sisi lain, popularitas yang didapat Ganjar tak lain karena masyarakat beranggapan dia dekat dengan Jokowi. Dan ini terbukti ketika Jokowi menjauh dan tidak memberikan dukungan kepada Ganjar, elektabilitasnya mendadak hancur lebur.

Sekarang, Ganjar mencoba berdiri sendiri dengan melawan Jokowi. Namun, keberanian Ganjar mengkritik dan menilai rendah kepemimpinan Jokowi yang dicintai oleh 80% lebih rakyat Indonesia justru menjadi bumerang baginya. Semakin keras dia melawan, semakin dalam dia tenggelam.

Baca Juga: Cara Mudah Mengatasi Tabung Gas Mendesis 

Hasil Pilpres 2024 adalah bukti dari semua premis ini. PDI Perjuangan mungkin menyesal telah memilih Ganjar. Bila hanya mendapat suara 16 % Puan Maharani juga bisa. Mungkin bisa lebih. 

Boleh jadi, para petinggi PDI Perjuangan yang dulu menolak Ganjar dijadikan Capres, sekarang tertawa karena perkataan mereka benar bahwa Ganjar tidak punya prestasi dan tidak ada yang bisa dijual selain mendompleng nama besar Jokowi. 

Permainan Ganjar yang didukung beberapa elite PDI Perjuangan dengan skenario mendramatisir pemilu curang hingga gerakan angket untuk pemakzulan Presiden Jokowi sangat membahayakan masa depan bangsa dan negara. 

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Sukowati Utami JI

Sumber: OPINI

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Membenahi Gagap Nalar Peradilan

Kamis, 4 Desember 2025 | 12:37 WIB

Bandara IMIP dan Hilangnya Kedaulatan Negara

Kamis, 27 November 2025 | 15:06 WIB

Rapuhnya Integritas “Wakil Tuhan di Muka Bumi”

Senin, 27 Oktober 2025 | 10:00 WIB

DPR dan Mutu Rendah Legislasi

Senin, 13 Oktober 2025 | 07:00 WIB

Jalan Terjal Mengembalikan Akal Sehat Kekuasaan

Senin, 6 Oktober 2025 | 12:00 WIB

“Mental Stunting” Pejabat

Sabtu, 13 September 2025 | 09:00 WIB

Keadilan Fiskal dan Martabat Demokrasi

Senin, 8 September 2025 | 11:00 WIB

Menyulam Tenun Kebangsaan, Menjaga Indonesia

Rabu, 3 September 2025 | 22:00 WIB
X