Tingginya kekuasaan bukan untuk menindas rakyat apalagi membuat narasi kebohongan dengan tujuan menghancurkan karakter Presiden RI.
Moralitas, kepantasan dan azas kepatutan harus menjadi pedoman bagi setiap elite politik untuk berprilaku bila tidak ingin disebut sebagai politikus busuk.
Baca Juga: Arti Dissenting Opinion yang Mewarnai Putusan Hakim MK terkait batas Usia Capres dan Cawapres
Namun kenyataannya, menjelang Pilpres 2024, distorsi atas kebebasan dan perilaku elite politik partai berkuasa justru dimanfaatkan untuk menyerang kepala Negara tanpa data dan nilai keadaban. Ini tercermin dengan hoax, hate speech, dan black propaganda yang cenderung negatif melampaui haknya dalam menjaga otonomi diri dan azas kepatutan.
Realita ini berisiko pada retaknya aturan dan kultur berdemokrasi. Ruang publik makin dicemari kepentingan sempit dengan kesan kumuh dan tudak beradab.
Kontestasi hasrat dominatif dan abai terhadap kredibilitas Negara dan hak orang lain, serta ekspresi kebencian pada derajat tertentu dapat disebut sebagai kepentingan berkuasa mendahului nalar. Artinya ragam sikap perilaku politik seperti ini justru merusak nalar dan nilai demokrasi.
Baca Juga: Profil Hakim Suhartoyo: Perjalanan dari Pengadilan Negeri ke Kursi Ketua Mahkamah Konstitusi
Membersihkan ruang publik dari pencemaran yang dimulai dari perilaku politik yang buruk adalah tanggung jawab setiap warga negara.
Membangun debat publik, dialog, musyawarah, edukasi demokrasi dengan menanamkan ide-ide dan gagasan penghormatan dalam menghargai perbedaan adalah sikap negarawan yang harus diperlihatkan setiap elite politik negeri.
Kegiatan politik yang beradab tidak pernah dinodai dengan merancang kejahatan terhadap siapapun dan tidak membuat sumpah palsu untuk memanipulasi setiap keadaan karena ingin merebut kekuasaan.
Nasihat lama yang masih sangat relevan dengan kondisi sekarang: Hari ini dengan kekuasaan Anda dapat menjatuhkan orang lain, suatu hari nanti Anda juga akan jatuh karena perbuatan Anda sebelumnya. Dengan berkuasa Anda bisa menghina dan menghakimi orang lain, suatu hari nanti penghinaan itu juga akan menghampiri kekuasaan yang Anda miliki.
Bersikap dan bertindaklah benar dalam mengemban amanah rakyat. Jangan berpura-pura memperjuangkan kepentingan rakyat padahal kelakuan justru hobi merampok uang rakyat.
Tantangan Meningkatkan Kualitas Demokrasi
Lantas, apa tantangan yang harus dihadapi dalam meningkatkan kualitas demokrasi di Indonesia? Seberapa besar kemampuan mengelolah masyarakat generasi Milenial dan Gen Z? Apa agenda strategis yang perlu dirumuskan dan ditempuh?