bisnis

Rupiah Tembus Rp17.000! Ini Penyebab Asli yang Jarang Dibahas, Bukan Cuma Perang Dagang atau Data AS

Minggu, 6 April 2025 | 06:00 WIB
Nilai tukar rupiah melemah tajam usai data tenaga kerja AS dirilis, BI waspada dan siapkan strategi stabilkan pasar. (HukamaNews.com / Net)

Sementara itu, Presiden AS Donald Trump kembali memicu ketegangan global dengan kebijakan tarif resiprokal terhadap sejumlah negara mitra dagang, termasuk Indonesia.

Sejumlah negara yang terdampak mulai menunjukkan perlawanan, namun Indonesia masih memilih jalur diplomasi.

Namun, menurut Ibrahim, pendekatan ini perlu ditinjau ulang.

Ia menilai bahwa Indonesia seharusnya tidak hanya mengandalkan negosiasi, tetapi juga bisa memberikan respons yang setara dengan kebijakan tarif balasan, misalnya menerapkan bea masuk sebesar 32 persen terhadap produk asal AS.

Baca Juga: IHSG Terjun Bebas Jelang Pengumuman Danantara, Pasar Ketar-Ketir?

Di luar aspek ekonomi, situasi geopolitik juga memperparah tekanan pada rupiah.

Serangan tanpa henti Israel ke Jalur Gaza dan memanasnya kembali konflik Rusia-Ukraina menciptakan ketidakpastian global yang berdampak langsung pada arus modal internasional.

Dalam kondisi seperti ini, mata uang negara berkembang seperti rupiah kerap menjadi korban utama karena investor cenderung menarik dana mereka ke aset yang dianggap lebih aman.

Bank Indonesia (BI) sendiri tak tinggal diam.

Dalam pernyataan resmi, BI menegaskan komitmennya untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah melalui strategi 'triple intervention'.

Baca Juga: IHSG Anjlok Bukan Karena Sri Mulyani, tapi Beban Utang yang Tak Terbendung

Langkah ini mencakup intervensi di pasar valuta asing untuk transaksi spot dan DNDF (Domestic Non-Deliverable Forward), serta pembelian Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder.

Kepala Departemen Komunikasi BI, Ramdan Denny Prakoso, menjelaskan bahwa strategi ini dirancang untuk memastikan likuiditas valas tetap terjaga, baik bagi sektor perbankan maupun pelaku usaha.

Tujuannya adalah menjaga kepercayaan pasar terhadap kebijakan moneter yang diterapkan otoritas keuangan Indonesia.

Meski begitu, para analis memperkirakan bahwa intervensi ini mungkin hanya akan memberikan efek sementara.

Halaman:

Tags

Terkini