Harga Minyak Dunia Anjlok ke US$64! Investor Panik Menunggu Langkah Trump dan Xi di Korea Selatan

photo author
- Kamis, 30 Oktober 2025 | 21:00 WIB
Ilustrasi pompa minyak bumi di tengah pelemahan harga minyak dunia. (HukamaNews.com / Canva)
Ilustrasi pompa minyak bumi di tengah pelemahan harga minyak dunia. (HukamaNews.com / Canva)

HUKAMANEWSHarga minyak dunia kembali turun pada Kamis (30/10/2025) seiring sikap hati-hati para investor yang menanti hasil pertemuan penting antara Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping di Korea Selatan.

Kedua pemimpin dijadwalkan membahas isu perdagangan, energi, serta stabilitas global yang selama ini menjadi faktor utama penggerak pasar komoditas.

Penurunan harga minyak dunia kali ini memperpanjang tren pelemahan sepanjang Oktober 2025, di tengah ekspektasi pasar terhadap potensi penambahan pasokan dari negara-negara produsen minyak utama.

Baca Juga: Nvidia Gelontorkan Rp16 Triliun ke Nokia, Siap Ubah Dunia Internet Jadi Super Cerdas dengan 6G AI!

Harga Brent dan WTI Kompak Melemah

Berdasarkan data perdagangan Kamis sore waktu London, harga minyak Brent turun 53 sen atau 0,82% menjadi US$64,39 per barel, sedangkan West Texas Intermediate (WTI) melemah 46 sen atau 0,76% ke US$60,02 per barel.

Meskipun pelemahan terlihat tipis, tren ini mencerminkan kekhawatiran pasar terhadap permintaan global yang belum stabil.

Sebelumnya, kedua acuan harga minyak dunia itu sempat naik akibat penurunan stok minyak mentah AS yang lebih besar dari perkiraan.

Namun, optimisme pasar tak bertahan lama karena sentimen geopolitik dan negosiasi dagang AS–China kembali menekan harga.

Dampak Kesepakatan Dagang Baru AS-China

Presiden Donald Trump dikabarkan setuju menurunkan tarif impor terhadap China menjadi 47% dari sebelumnya 57%.

Baca Juga: Hot Mic Bocorkan Percakapan Prabowo dan Donald Trump Soal Eric, Bahas Soal Keamanan dan Rencana Pertemuan

Sebagai imbalannya, Beijing berjanji untuk membeli kembali kedelai dari AS, memperkuat ekspor rare earths, serta memperketat pengawasan perdagangan gelap fentanyl.

Langkah tersebut disambut hati-hati oleh pelaku pasar. Menurut analis energi PVM, Tamas Varga, kesepakatan ini lebih bersifat deeskalasi ketegangan ketimbang perubahan struktural dalam hubungan ekonomi kedua negara.

“Pelemahan harga Brent justru terjadi di tengah penurunan tajam stok minyak di AS,” ujar Varga dikutip dari Reuters.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Jiebon

Sumber: ANTARA

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X