Rupiah Tembus Rp17.000! Ini Penyebab Asli yang Jarang Dibahas, Bukan Cuma Perang Dagang atau Data AS

photo author
- Minggu, 6 April 2025 | 06:00 WIB
Nilai tukar rupiah melemah tajam usai data tenaga kerja AS dirilis, BI waspada dan siapkan strategi stabilkan pasar. (HukamaNews.com / Net)
Nilai tukar rupiah melemah tajam usai data tenaga kerja AS dirilis, BI waspada dan siapkan strategi stabilkan pasar. (HukamaNews.com / Net)

HUKAMANEWSNilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali jadi sorotan publik setelah menembus angka psikologis Rp17.000 per dolar.

Pelemahan ini bukan hanya mencerminkan dinamika pasar biasa, tetapi juga menunjukkan tekanan global yang semakin kompleks.

Di tengah suasana perang dagang yang memanas, Indonesia berada dalam posisi sulit antara diplomasi ekonomi dan tekanan geopolitik.

Data terbaru dari Bloomberg menunjukkan bahwa kontrak rupiah Non-Deliverable Forward (NDF) di pasar luar negeri telah jatuh ke level Rp17.006 per dolar AS pada Jumat malam (4/4/2025), melemah sebesar 1,58 persen.

Baca Juga: Senyap Tak Bersuara, Abis Lebaran Tau-tau Revisi UU BUMN Sudah Disahkan, Kerugian Tak Lagi Dibebankan ke Negara, yang Jelas Rakyat Dirugikan Terus!

Situasi ini membuat banyak pelaku pasar dan analis keuangan mulai mencermati dampak jangka panjang terhadap stabilitas ekonomi nasional.

Menurut pengamat pasar uang Ibrahim Assuaibi, pelemahan rupiah kali ini tidak semata-mata akibat faktor dalam negeri, melainkan kombinasi antara faktor eksternal dan respons pasar terhadap kebijakan global.

Salah satu pemicu utama datang dari rilis data tenaga kerja AS yang hasilnya jauh lebih baik dibandingkan ekspektasi sebelumnya.

Kondisi ini menimbulkan persepsi bahwa ekonomi AS masih sangat kuat, sehingga memperkuat nilai tukar dolar secara signifikan.

Baca Juga: Saat Peredaran Uang Turun di Lebaran 2025 Turun 16 Persen, Pemerintah Harus Intervensi

Lebih jauh, testimoni terbaru dari bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed), turut memperkuat tekanan pada mata uang negara-negara berkembang, termasuk rupiah.

The Fed menyatakan bahwa saat ini belum waktunya untuk menurunkan suku bunga, mengingat kondisi ekonomi global yang belum stabil dan inflasi yang tetap tinggi.

Hal ini membuat ekspektasi pemangkasan suku bunga yang semula diprediksi tiga kali sepanjang tahun ini sebesar 75 basis poin menjadi tidak realistis.

Akibatnya, indeks dolar AS menguat dan menjadi faktor dominan dalam tekanan terhadap nilai tukar mata uang lain, termasuk rupiah.

Baca Juga: Harga Emas Antam Hari Ini Anjlok Setelah Mencetak Rekor Teringgi, Simak Daftar Harga Terbaru dan Peluang Cuan Hari Ini

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Kazuki Rahmadani

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X