HUKAMANEWS – Hari ini, tepat 1 Oktober 2024, menandai momentum penting bagi Indonesia. Sebanyak 580 anggota DPR terpilih resmi dilantik, mengemban tugas untuk lima tahun mendatang. Upacara sakral ini disaksikan langsung oleh Presiden Joko Widodo dan presiden terpilih, Prabowo Subianto. Selang 20 hari ke depan, Prabowo bersama wakilnya, Gibran Rakabuming Raka, juga akan dilantik, membuka lembaran baru kepemimpinan di negeri ini.
Namun, tantangan besar menanti di depan mata. Di tengah kian mencekamnya situasi geopolitik global, ekonomi dunia yang melambat, dan krisis energi yang berkepanjangan, pemerintahan Prabowo-Gibran dihadapkan pada dilema kebijakan yang kompleks.
Pengamat politik Dr Pieter C Zulkifli, SH. MH., mempunyai catatan penting terkait tantangan ekonomi dan hukum bagi pemerintahan baru Prabowo – Gibran di tengah kondisi geopolitik dunia yang mengkhawatirkan, dalam analisis politiknya sebagai berikut:
***
SAAT INI, geopolitik dunia berada dalam situasi yang sangat mengkhawatirkan. Di berbagai belahan dunia, tanda-tanda perlambatan ekonomi mulai terlihat jelas. Perusahaan-perusahaan besar di Eropa menghadapi krisis yang semakin nyata, beberapa di antaranya bahkan terpaksa gulung tikar setelah berdiri selama puluhan tahun.
Di Indonesia, raksasa industri tekstil tidak luput dari dampak ini. Kesulitan keuangan membuat mereka harus mengambil keputusan pahit dengan mem-PHK ribuan karyawan, diikuti oleh perusahaan tekstil dan garmen lainnya.
Kondisi ini menunjukkan betapa rentannya perekonomian nasional di tengah tekanan eksternal. Situasi semakin kompleks dengan ketidakpastian di kancah global, terutama terkait ketegangan antara NATO dan Rusia. Meski konflik ini terjadi di Eropa, dampaknya sudah dirasakan oleh negara-negara di kawasan Asia, termasuk Indonesia. Jika perang antara NATO dan Rusia semakin meluas, bukan tidak mungkin kawasan Asia juga akan terlibat dalam ketegangan yang serupa.
Dilema Kabinet Gemuk di Tengah Perekonomian yang tidak stabil
Perang berkepanjangan antara Rusia dan Ukraina telah membawa dampak serius bagi ekonomi Indonesia. Harga energi, terutama minyak dan gas, melonjak tajam, menambah beban biaya produksi di berbagai sektor. Lonjakan ini memicu inflasi dan memperburuk daya beli masyarakat. Di sinilah tantangan besar bagi Prabowo muncul—menjaga stabilitas politik dan ekonomi nasional, sembari menerapkan reformasi di sektor-sektor strategis.
Dalam menghadapi tantangan ekonomi global dan ancaman geopolitik ini, Prabowo Subianto yang akan memimpin pemerintahan bersama Gibran Rakabuming, harus sangat berhati-hati dalam mengambil setiap kebijakan.
Kabinet gemuk yang direncanakan tampaknya tidak relevan dengan postur ekonomi Indonesia yang sedang dalam kondisi tidak stabil. Penurunan daya beli, peningkatan pengangguran, dan ketergantungan pada ekspor bahan mentah dapat memperburuk situasi ekonomi nasional.
Pemerintahan baru perlu mengambil langkah strategis untuk menghindari goncangan lebih lanjut dalam perekonomian nasional.