HUKAMANEWS – Di saat Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka bersiap mengambil alih tampuk kekuasaan, tantangan yang dihadapinya semakin kompleks. Bukan hanya soal memimpin negara di tengah ketidakpastian geopolitik global, tetapi juga kenyataan bahwa sistem politik dan ekonomi Indonesia masih dikuasai oleh kaum elite yang belum banyak berubah.
Dalam konteks tersebut, dalam analisis politiknya, Dr Pieter C Zulkifli, SH., MH, menyebut bahwa kondisi saat ini masih sangat relevan dengan catatan Tan Malaka tentang makna kemerdekaan yang diutarakan puluhan tahun silam, di mana kaum elite terlalu banyak mengeruk fasilitas dan kemudahan, sementara rakyat jelata hanya mendapatkan remah-remah kemerdekaan. Lebih lengkap, berikut catatan kritis pengamat politik dan hukum ini.
***
MENGAWALI tulisan, izinkan penulis menukil kalimat tajam dari seorang pengajar, filsuf, sekaligus pejuang kemerdekaan Indonesia, Tan Malaka. Dalam salah satu pernyataannya, Tan Malaka dengan lantang menegaskan bahwa kemerdekaan hanya milik para elite, bukan rakyat.
"Kalian (kaum elite) yang menikmati kemerdekaan," katanya, "bukan rakyat jelata."
Kalimat ini, meski ditulis puluhan tahun silam, tetap relevan dengan kondisi sekarang. Indonesia telah melewati berbagai fase pemerintahan, namun kemerdekaan dalam pengertian yang hakiki, tampaknya masih belum menyentuh seluruh rakyat.
Makna Kemerdekaan yang Salah Arah
Kemerdekaan seharusnya lebih dari sekadar simbolis; ia harus bermakna bagi semua lapisan masyarakat, khususnya bagi mereka yang terpinggirkan. Namun, perjalanan bangsa ini masih sering tersesat dalam pengertian merdeka.
Alih-alih membebaskan rakyat dari cengkeraman kemiskinan, ketidakadilan, dan kesenjangan, kemerdekaan justru seolah menjadi hak istimewa bagi mereka yang memiliki akses pada kekuasaan dan ekonomi.
Tan Malaka berargumen, jika kesalahan arah ini tidak segera diperbaiki, bangsa ini tidak akan pernah mencapai kemerdekaan sejati. Pernyataan ini seolah menjadi peringatan, sebuah ajakan untuk mengevaluasi ulang perjalanan bangsa Indonesia yang masih terjerat pada pola lama, di mana elite terus menikmati hasil perjuangan sementara rakyat terus berjuang untuk hidup layak.
Baca Juga: Harun Masiku Masih Bebas, KPK Kelabakan Cari Buron Legendaris, Baru Mobilnya Ditemukan!
Penjilat Kekuasaan di Era Jokowi
Relevansi ucapan Tan Malaka kembali mencuat di penghujung kekuasaan Presiden Jokowi. Di periode akhir masa pemerintahannya, fenomena "penjilat kekuasaan" semakin marak. Orang-orang yang secara terbuka memuja dan mendukung penguasa, dengan berbagai alibi, seringkali diberi jabatan strategis, terlepas dari kompetensi atau kontribusinya bagi masyarakat.
Artikel Terkait
Gaduh Aturan Pilkada 2024: Mengurai Benang Kusut Putusan MK dan DPR
Jerat Politik Kekuasaan: Oligarki, Korupsi, dan Mimpi Keadilan yang Sirna
Pilkada Serentak 2024: Jangan Jadikan Rakyat Tumbal Demokrasi
Pilkada 2024: Mimpi Indonesia Maju di Tengah Ironi Penegakan Hukum
Kesederhanaan Sri Paus vs Hedonisme dan Perilaku Korup Pejabat Indonesia
Prabowo, 40 Hari Jelang Pelantikan: Menanti Kepemimpinan di Tengah Geopolitik Dunia yang Kian Mencekam