HUKAMANEWS – Genap 40 hari lagi pelantikan Presiden terpilih Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka akan berlangsung. Di tengah optimisme yang dirasakan banyak pihak, dinamika global yang kian mengkhawatirkan menciptakan tantangan berat bagi pemerintahan baru yang akan segera terbentuk.
Ketegangan geopolitik internasional, terutama di kawasan Timur Tengah, tidak menunjukkan tanda-tanda mereda. Hal ini berimbas pada lonjakan harga minyak dunia, yang memperburuk tekanan inflasi global. Bank sentral negara-negara maju pun enggan menurunkan suku bunga, menambah ketidakpastian ekonomi global yang berpengaruh pada negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.
Pengamat politik Dr. Pieter C. Zulkifli, SH. MH., menekankan bahwa Indonesia sebagai negara dengan ekonomi terbuka, tak bisa menghindar dari dampak buruk ketidakstabilan global ini. Pertanyaan yang kini muncul adalah, bagaimana pemerintahan Prabowo-Gibran mampu merespons tantangan besar ini? Simak catatan lengkap Pieter dalam analisis politiknya berikut ini.
***
SAAT INI, ekonomi dunia diproyeksikan mengalami perlambatan. Tiongkok, sebagai salah satu mitra dagang terbesar Indonesia, mengalami penurunan pertumbuhan ekonomi. Hal ini mempengaruhi ekspor Indonesia, menekan sektor perdagangan luar negeri yang selama ini menjadi salah satu motor penggerak ekonomi nasional.
Lebih jauh, serangan drone Iran ke Israel baru-baru ini, selain memperkeruh stabilitas di Timur Tengah, juga berdampak pada melonjaknya harga minyak dunia. Ini menyebabkan biaya energi melonjak, meningkatkan biaya produksi dan transportasi di seluruh dunia. Akibatnya, inflasi menjadi ancaman serius bagi banyak negara, termasuk Indonesia yang masih sangat tergantung pada impor energi, obat-obatan, bahan pupuk, pangan, teknologi, dan sebagainya.
Pemerintahan baru Prabowo-Gibran dihadapkan pada situasi yang menuntut kebijakan ekonomi yang cermat. Di satu sisi, mereka perlu mengendalikan inflasi domestik, sementara di sisi lain, menjaga daya beli masyarakat agar tetap stabil di tengah ketidakpastian ekonomi global.
Eskalasi ketegangan geopolitik antara rusia dan Ukrania dengan berbagai peran Negara Nato, akan menimbulkan resiko tersendiri bagi Indonesia. Pengaruh geopolitik dan ekonomi dunia mengharuskan Indonesia membuat kalkulasi ulang yang cermat strategi kebijakan ekonomi dan dunia usaha.
Rusia merupakan pemasok energi terbesar di dunia. Di sisi lain, Ukrania merupakan pemasok gandum terbesar bagi Indonesia. Dalam jangka pendek, kenaikan harga energi dan pangan global dapat memicu inflasi. Problem ini akan sangat mempengaruhi semua kegiatan dunia usaha di Indonesia.
Tantangan lainnya adalah Indonesia harus cermat beradaptasi dengan krisis global. Tren perubahan terjadi sangat signifikan, begitu juga dengan tren digitalisasi pemgaruhnya sangat dahsyat bagi dunia usaha.
Akselerasi dan perubahan aspirasi terhadap isu lingkungan hidup dan perubahan iklim di tingkat global juga menjadi tantangan tersendiri dan telah menghantui semua negara. Kondisi ini memaksa Indonesia untuk ikut beradaptasi.
Artikel Terkait
Gaduh Aturan Pilkada 2024: Mengurai Benang Kusut Putusan MK dan DPR
Jerat Politik Kekuasaan: Oligarki, Korupsi, dan Mimpi Keadilan yang Sirna
Pilkada Serentak 2024: Jangan Jadikan Rakyat Tumbal Demokrasi
Pilkada 2024: Mimpi Indonesia Maju di Tengah Ironi Penegakan Hukum
Kesederhanaan Sri Paus vs Hedonisme dan Perilaku Korup Pejabat Indonesia