Dalam pidatonya, masih di Rakernas PDIP, Megawati lantang menyatakan bahwa dia siap menjadi provokator demi kebenaran dan keadilan. Pernyataan ini menunjukkan sikap yang tidak sesuai dengan semangat demokrasi yang sehat, di mana penerimaan terhadap hasil pemilu adalah bagian integral dari proses tersebut.
Pernyataan ini menunjukkan bahwa PDIP mungkin terlalu sibuk mencari kambing hitam daripada melakukan introspeksi. Mereka tampaknya mengabaikan fakta bahwa kekalahan bisa juga disebabkan oleh kegagalan internal, termasuk kurangnya daya tarik kandidat mereka di mata pemilih.
Di sisi lain, ketidakmampuan untuk menerima kekalahan dan menghormati hasil pemilu justru merusak citra PDIP sebagai partai yang seharusnya memperjuangkan demokrasi dan keadilan. PDIP perlu dan wajib mengakui kemenangan Prabowo-Gibran yang didukung oleh suara 96,2 juta lebih rakyat Indonesia dan sah ditetapkan oleh Mahkamah Konstitusi.
Stabilitas Politik dan Kepemimpinan yang Bijak
Dalam konteks geopolitik dunia yang sedang tidak menentu, Indonesia membutuhkan stabilitas politik untuk memastikan pembangunan yang lancar. Kepemimpinan yang bijak akan mampu menempatkan kepentingan bangsa di atas kepentingan partai ataupun golongan.
Sebagai seorang negarawan dengan pengalaman panjang, Megawati seharusnya mampu bisa menunjukkan kedewasaan dalam menerima kekalahan dengan tidak terus-menerus mencari kambing hitam. Sikap yang ditunjukkan dalam pidatonya pada Rakernas PDIP hanya memperparah situasi dan menimbulkan ketidakstabilan.
Sebaliknya, PDIP harus berfokus pada introspeksi dan membangun kembali kepercayaan publik dengan menunjukkan komitmen terhadap demokrasi yang sehat dan berkeadilan. Hal ini merupakan bagian dari ikhtiar konstruktif untuk memperkuat partai, sekaligus memberikan kontribusi positif terhadap bangsa.
Pemimpin yang baik harus mampu melihat gambaran besar dan bertindak demi kepentingan bangsa, bukan hanya partainya sendiri. Ketika Megawati mengklaim dirinya sebagai provokator demi kebenaran, ada kekhawatiran bahwa sikap ini justru bisa memicu ketidakstabilan politik yang lebih besar.
Di sisi lain, menolak hasil pemilu dan meremehkan keputusan Mahkamah Konstitusi hanya akan memperpanjang ketegangan politik yang tidak perlu.
Dalam demokrasi, kemenangan dan kekalahan adalah hal yang wajar. Partai yang besar harus mampu bangkit dari kekalahan dengan melakukan evaluasi internal dan berusaha lebih baik di masa depan.
Megawati dan PDIP seharusnya memanfaatkan momen ini untuk refleksi dan perbaikan diri, bukan terus-menerus menyalahkan pihak lain.