analisis

Rakernas V PDI Perjuangan, Kekecewaan Megawati, dan Tantangan Demokrasi

Kamis, 30 Mei 2024 | 06:00 WIB
Dalam pidato pembukaan Rakernas, Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri membahas berbagai isu penting. Ia menyoroti kerusakan demokrasi, kecurangan pemilu, serta penggunaan TNI-Polri dalam politik praktis.

 

HUKAMANEWS – Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) menggelar Rapat Kerja Nasional (Rakernas) V di Beach City International Stadium Ancol, Jakarta, pada 24-26 Mei 2024. Banyak pihak menanti keputusan partai banteng moncong putih, terutama terkait sikapnya terhadap pemerintahan Prabowo-Gibran.

Namun, seperti yang sering terjadi dalam politik, Rakernas kali ini memberikan kejutan yang sejatinya bukan kejutan.

Politikus senior Dr. Pieter C Zulkifli SH., MH., mempunyai catatan kritis terhadap Rakernas V PDIP kali ini. Berikut ulasannya:

 Baca Juga: KPK Tetapkan Dua Tersangka Korupsi di PT Perusahaan Gas Negara (PGN), Langkah Cegah Diterapkan

Dalam pidato pembukaan Rakernas, Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri membahas berbagai isu penting. Ia menyoroti kerusakan demokrasi, kecurangan pemilu, serta penggunaan TNI-Polri dalam politik praktis.

Megawati menekankan pentingnya check and balance dalam pemerintahan, mengutip pernyataan Presiden Soekarno tentang kesabaran revolusioner, dan menegaskan bahwa elemen partai harus solid untuk meraih kemenangan.

Namun, pernyataan Megawati tentang kecurangan terstruktur, sistematis, dan masif (TSM) dalam Pemilu 2024 menjadi sorotan utama. Ia bahkan menyatakan siap menjadi provokator demi kebenaran dan keadilan.

 Baca Juga: Bukan 3 Persen Seperti di Indonesia, Negara Ini Potong Gaji Karyawan Hingga 25 Persen

Megawati menuding Komisi Pemilihan Umum (KPU) gagal menangani kecurangan tersebut, meskipun KPU mengklaim bahwa tidak ada kecurangan yang terjadi. Kritik terhadap kerusakan demokrasi dan penyalahgunaan kekuasaan, serta peran Mahkamah Konstitusi (MK), juga disampaikan dengan tajam.

Rupanya, hingga tiga bulan berlalu setelah Pemilu yang dihelat pada 14 Februari 2024, Megawati masih belum bisa menerima kenyataan bahwa capres-cawapres jagoannya, Ganjar Pranowo – Mahfud MD, kalah telak dengan mengantongi suara hanya 16,47% dari seluruh pemilih Indonesia. Megawati, melalui Sekjen PDIP  Hasto Kristyanto, bertubi-tubi menyerang Presiden Joko Widodo (Jokowi) atas kekalahan yang mereka alami.

Prilaku seperti ini sungguh sangat disayangkan. Ini mencerminkan ketidakmampuan PDIP untuk melakukan introspeksi dan menerima kekalahan dengan dewasa. Padahal, kekalahan PDIP dalam pilpres, menurut banyak pengamat, disebabkan oleh sikap arogan dan meremehkan kekuatan lawan yang selama ini sering ditunjukkan oleh capres partai banteng moncong putih berserta para elitenya.

 Baca Juga: Jangan Dibuang! Begini Cara Jual Laptop Rusak dengan Keuntungan Maksimal, Ikuti Cuy!

Megawati Harus Mengoreksi Diri 

Megawati dan PDIP seharusnya melakukan refleksi internal alih-alih menyalahkan pihak luar. Kekalahan pasangan capres PDIP merupakan cerminan dari keinginan rakyat yang tidak lagi sejalan dengan visi dan misi partai yang dipimpinnya.

Halaman:

Tags

Terkini

Membenahi Gagap Nalar Peradilan

Kamis, 4 Desember 2025 | 12:37 WIB

Bandara IMIP dan Hilangnya Kedaulatan Negara

Kamis, 27 November 2025 | 15:06 WIB

Rapuhnya Integritas “Wakil Tuhan di Muka Bumi”

Senin, 27 Oktober 2025 | 10:00 WIB

DPR dan Mutu Rendah Legislasi

Senin, 13 Oktober 2025 | 07:00 WIB

Jalan Terjal Mengembalikan Akal Sehat Kekuasaan

Senin, 6 Oktober 2025 | 12:00 WIB

“Mental Stunting” Pejabat

Sabtu, 13 September 2025 | 09:00 WIB

Keadilan Fiskal dan Martabat Demokrasi

Senin, 8 September 2025 | 11:00 WIB

Menyulam Tenun Kebangsaan, Menjaga Indonesia

Rabu, 3 September 2025 | 22:00 WIB