analisis

Buruk Muka Cermin Dibelah, Catatan untuk Ganjar Mahfud, Megawati, dan Elite PDI Perjuangan

Rabu, 28 Februari 2024 | 06:00 WIB
Ilustrasi. Megawati, Ganjar dan Mahfud MD

Kritik tajam dari Paslon Ganjar-Mahfud soal kebebasan demokrasi, pelanggaran konstitusi, etika demokrasi, ternyata tidak nyambung dengan basis massa yang merasa puas dengan demokrasi era Presiden Jokowi mencapai 76,1 persen sedangkan tidak setuju 22,9 persen.

 Baca Juga: Innalillahi, 5 Pendaki Gunung Cikuray Garut Tersambar Petir, 1 Orang Meninggal Dunia, Begini Kronologinya

Sebaliknya, banyaknya pendukung dari Ganjar-Mahfud yang merasa puas dengan demokrasi karena melihat dari sisi kemudahan mencari nafkah dan mendapatkan kerja yang baik di era pemerintahan Jokowi. 

Ganjar mungkin lupa, bahwa sebagian kader PDI Perjuangan yang memilih Prabowo  Gibran adalah loyalis Jokowi. Realita ini membuktikan bahwa Jokowi lebih besar dari PDI Perjuangan, sedangkan Ganjar sebaliknya. Sama dengan Prabowo yang lebih besar dari Gerindra. 

Satu hal yang juga patut disadari Ganjar dan elite PDI Perjuangan, jebloknya perolehan suara Paslon 03 bukan karena mesin politik tidak berjalan, tapi justru karena figur Ganjar-Mahfud belum sepenuhnya diterima oleh PDI Perjuangan.

Baca Juga: Viral Baliho Ridwan Kamil OTW Jakarta, Kode Keras Akan Maju Pilgub DKI? Ini Kata Kang Emil 

Ganjar begitu lama hidup dibentuk dalam lingkungan parpol, seharusnya memahami hal itu, bukan sebaliknya membuat opini yang buruk terhadap pemerintah. Jadi, sangat dangkal alasan Ganjar bila mengaitkan kontrasnya perolehan suara Pilpres paslon 03 dengan Pileg PDI Perjuangan hanya dengan urusan bansos. 

Di sisi lain, PDI Perjuangan harusnya malu melihat sikap Ganjar yang justru bertentangan dengan prinsip-prinsip politik PDI Perjuangan. Pun dengan Megawati yang harusnya mulai sadar bahwa selama ini ada elite yang sengaja membisikan informasi salah kepada dirinya. 

Gaya politik Ganjar setelah mendapatkan perolehan suara paling rendah justru menjawab apa yang dikhawatirkan elite PDI Perjuangan jauh hari sebelum pelaksanaan Pilpres. Setidaknya ada Puan Maharani, Babang Pacul, Efendi Simbolon, hingga Trimedya Pandjaitan yang sangat khawatir jika Ganjar maju sebagai capres dari partai banteng moncong putih.

 Baca Juga: Beras Makin Mahal? Tenang, Ini 5 Alternatif Sumber Karbohidrat Selain Nasi

Harusnya sejak awal internal elite  PDI Perjuangan serius mendorong Puan Maharani untuk maju dalam Pilpres,  bukan malah menghalangi politikus perempuan ini dengan berbagai macam cara. Sebagai partai politik yang melewati berbagai macam peristiwa, kesalahan fatal Megawati adalah ketika memilih Ganjar sebagai capres dalam Pemilu 2024. 

Akhir kata, seperti himbauan Presiden Joko Widodo, agar mereka yang teriak ada kecurangan di Pilpres 2024 bisa menyampaikan buktinya dan menempuh jalur hukum ke Bawaslu atau Mahkamah Konstitusi. 

Karena, dalam politik pantang untuk mengingkari kebenaran atau melindungi kejahatan. Politik dan kebenaran adalah prinsip bernegara.

Baca Juga: Waspada Gula Darah Tinggi! Kenali 7 Tandanya di Kaki, Tangan, dan Gusi 

Bersikaplah terhormat tanpa menghasut dan memfitnah siapapun. Jangan mengorbankan rakyat karena nafsu berkuasa. ***

Halaman:

Tags

Terkini

Membenahi Gagap Nalar Peradilan

Kamis, 4 Desember 2025 | 12:37 WIB

Bandara IMIP dan Hilangnya Kedaulatan Negara

Kamis, 27 November 2025 | 15:06 WIB

Rapuhnya Integritas “Wakil Tuhan di Muka Bumi”

Senin, 27 Oktober 2025 | 10:00 WIB

DPR dan Mutu Rendah Legislasi

Senin, 13 Oktober 2025 | 07:00 WIB

Jalan Terjal Mengembalikan Akal Sehat Kekuasaan

Senin, 6 Oktober 2025 | 12:00 WIB

“Mental Stunting” Pejabat

Sabtu, 13 September 2025 | 09:00 WIB

Keadilan Fiskal dan Martabat Demokrasi

Senin, 8 September 2025 | 11:00 WIB

Menyulam Tenun Kebangsaan, Menjaga Indonesia

Rabu, 3 September 2025 | 22:00 WIB