Namun belakangan, isu bergulir demikian melebar dan digoreng makin liar, bahkan sampai pada wacana pemakzulan Presiden Jokowi.
Uniknya, wacana pemakzulan Presiden Jokowi ini kerap kali dilakukan dengan melibatkan isu-isu yang tidak sepenuhnya berdasar atau dengan menggiring opini publik. Berbagai tuduhan tanpa dasar yang tidak jarang dilontarkan tanpa bukti yang kuat menciptakan kegaduhan di kalangan masyarakat.
Banyak pihak dan para politikus gadungan mulai bermain kotor memainkan drama pemakzulan terhadap Presiden Joko Widodo. Skenario ini muncul karena rasa kecewa dan ketakutan dan kalah dalam perebutan kekuasaan.
Baca Juga: Yang Bikin Gen Z Penasaran, Inilah Daftar Game Pemenang Google Play Best of 2023 Indonesia
Tudingan politik dinasti dan isu ketidaknetralan pemerintah dalam Pemilu dan Pilpres 2024 yang pemilihnya didominasi kelompok milenial dan Gen Z, sengaja dibuat oleh kelompok barisan sakit hati karena ketakutan dengan langkah politik Jokowi yang membahayakan posisi para capres-cawapres mereka.
Seiring dengan itu, sekelompok politisi busuk mulai menggulirkan wacana hak angket. Kemudian wacana pemakzulan mulai digoreng oleh kelompok elite yang memiliki kepentingan agar Indonesia tidak maju.
Gaya politik untuk melakukan pembusukan ini diprakarsai oleh beberapa aktor besar yang memiliki tujuan untuk mengubah masa depan Indonesia menjadi negara gagal.
Baca Juga: Siap-siap Libur Nataru, Jadwal Hari Libur dan Cuti Bersama Desember 2023, Asyik Libur 4 Hari!
Menariknya skenario pemakzulan ini justru digerakkan oleh orang-orang yang pernah dekat dan berada disekeliling Presiden Jokowi.
Ada sekelompok elite sengaja menyerang Jokowi karena memiliki keinginan terlalu besar untuk mengubah konstruksi kekuasaan negara hanya untuk kepentingan golongan tertentu.
Ada kubu yang gencar melakukan pembusukkan terhadap kinerja Jokowi, tetapi ada juga yang memberikan dukungan kepada pilihan Presiden ataupun keluarga Jokowi.
Perang kedua kelompok ini semakin terbuka. Aktor-aktor yang bermain semakin terlihat jelas sedang memainkan drama tetapi sesungguhnya kelompok ini sangat miskin kemampuan bekerja.
Gaya politik semacam ini mencerminkan sikap tidak tahu diri, tidak tahu batas dan sangat memalukan.
Masih segar dalam ingatan soal isu 3 periode yang dilontarkan Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto yang konon atas permintaan ‘Pak Lurah’. Pernyataan ini selain kekanak-kanakan, juga tak ubahnya sebagai sajak politik seorang petinggi partai yang tidak memiliki kemampuan mengelola kebijakan politik dan cenderung memperlihatkan sikap politik fitnah dan kebencian.