Baca Juga: Disudutkan oleh Eks Ketua KPK Soal Kasus Korupsi e KTP, Jokowi Heran: Untuk Kepentingan Apa?
Publik pun akan dengan mudah menilai, bahwa politikus senior PDI Perjuangan ini sedang memainkan politik kekuasaan untuk dirinya sendiri.
Terhadap berbagai berbagai provokasi, hujatan, dan fitnah yang diberikan, Presiden Jokowi tetap tenang dan tak terpancing emosi. Jokowi justru menyerahkan penilaian tersebut kepada masyarakat. Ia menyebut masyarakat sudah sangat cerdas memahami berbagai peristiwa politik.
Isu Pemakzulan Jokowi
Kembali ke wacana pemakzulan Presiden Jokowi, Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto mengatakan, hak angket yang dilontarkan politisi PDI Perjuangan Masinton Pasaribu dalam rapat paripurna DPR RI merupakan upaya check balances untuk pemerintahan Joko Widodo.
Baca Juga: Waduh, Kasus Covid 19 Melonjak di Singapura, Diprediksi Naik 2 Kali Lipat, Ini Penyebabnya
Hasto juga menyatakan bahwa wacana pemakzulan Presiden Jokowi adalah hal yang akan dicermati PDI Perjuangan. Disebutkan, partai besutan Megawati Soekarno Putri ini berkomitmen untuk menjaga marwah Pemilu agar berjalan baik.
Namun dikatakan juga, partai politik yang berseberangan dengan koalisi Indonesia maju (KIM) di Senayan berpeluang mendukung proses pemakzulan Presiden Joko Widodo. Seiring dengan pernyataan tersebut, politisi Senior PDI Perjuangan ini juga memberikan pernyataan bersayap terkait ‘komposisi 314 (kursi) versus 261 (kursi)’.
Pernyataan ini jelas sedang mengintimidasi Joko Widodo sebagai presiden. Pertanyaannya, untuk apa pernyataan itu dikeluarkan dan ada motif apa di baliknya?
Apakah ada konsolidasi antara Surya Paloh dan Megawati untuk menggulingkan Jokowi? Mengingat keduanya saat ini sama-sama berada pada posisi berseberangan dengan mantan Gubernur DKI ini.
Faizal Assegaf, aktivis 98, menyoroti kemungkinan adanya konsolidasi di parlemen untuk mendukung pemakzulan akibat keresahan dua tokoh tersebut terhadap sepak terjang Jokowi yang membabat habis pejabat-pejabat korup, tanpa peduli berasal dari partai apa.
Sikap ini tercermin dalam pidato Megawati yang sangat berbeda dengan sebelumnya. Megawati secara gamblang mengkritik keras Jokowi, sekaligus mendorong perlawanan masyarakat.
Selain dinamika parpol, orang yang mengatasnamakan dirinya sebagai tokoh dan elemen masyarakat juga terus melakukan konsolidasi. Ada gerakan kelompok-kelompok tertentu secara masif menyuarakan berbagai macam isu menjelang Pemilu.
Artikel Terkait
Mencari Negarawan Sejati dalam Kontestasi Pilpres 2024
Depresi Politik Jelang Pertarungan Pilpres 2024, Gen Z, dan Indonesia Emas
Melihat Dinamika Politik jelang Pilpres 2024: Gibran, Jokowi Effect, dan Isu Keretakan Elite PDI Perjuangan
Pilpres 2024, di Atas Hukum Masih Ada Hukum
Pilpres 2024, Catatan untuk Para Capres-Cawapres: Ojo Lamis, Jangan Dusta, Jangan Sakiti Hati Rakyat Hanya Karena Ingin Berkuasa
Gen Z, Pilpres 2024, dan Politik yang Berkeadaban