Debat Perdana Capres di Pilpres 2024 antara Adab, Adu Gagasan, dan Gimmick Politik

photo author
- Jumat, 15 Desember 2023 | 08:27 WIB
Ilustrasi. Debat capres - cawapres di Pilpres 2024 telah digelar KPU
Ilustrasi. Debat capres - cawapres di Pilpres 2024 telah digelar KPU

HUKAMANEWS – Komisi Pemilihan Umum RI telah menetapkan bahwa acara debat calon presiden (Capres) dan calon wakil presiden (Cawapres) pada Pemilihan Presiden 2024 (Pilpres 2024) diadakan sebanyak lima kali.

Dengan rincian sebagai berikut: debat capres dilaksanakan sebanyak tiga kali dan debat calon wakil presiden dilakukan sebanyak dua kali. Dengan jadwal debat pertama untuk capres, debat kedua untuk cawapres, debat ketiga untuk capres, debat keempat untuk cawapres, dan debat kelima untuk capres.

Debat perdana telah digelar di Kantor KPU Pusat pada Selasa malam, 12 Desember 2023. Debat menampilkan tiga capres yang berdebat tanpa cawapres dengan tema:"Pemerintahan, Hukum, HAM, Pemberantasan Korupsi, Penguatan Demokrasi, Peningkatan Layanan Publik dan Kerukunan Warga".

Baca Juga: Berbuntut Panjang, Usai Memastikan Cadaver, Kini Polisi Memburu Enam Mahasiswa yang Membuat Video Viral Temuan Mayat di Kampus UNPRI

Seperti apa kualitas debat capres edisi perdana kali ini? Dan apa yang seharusnya diperbaiki agar debat capres-cawapres menjadi lebih berkualitas, tak hanya menjadi ajang debat kusir dan saling menjatuhkan? Berikut analisa kritis pengamat politik Dr. Pieter C Zulkifli, SH, MH yang memotret kualitas debat Capres Anies Baswedan, Prabowo Subianto, dan Ganjar Pranowo.

Debat capres dan cawapres yang difasilitasi oleh KPU merupakan forum untuk merepresentasikan kebijakan, kejujuran dan ketulusan seorang Pemimpin kepada seluruh rakyat Indonesia.

Debat capres bukan ajang untuk saling menghakimi, menuduh dan merusak karakter seseorang dengan pertanyaan-pertanyaan yang tidak menjunjung tinggi etika dan moral.

Baca Juga: Jelang Perayaan Natal dan Tahun Baru 2024 (Nataru) Polda Metro Jaya Gelar Operasi Lilin Jaya 2023

Di atas hukum ada hukum, yaitu etika dan moral, kepantasan serta azas kepatutan. Itulah yang kemudian disebut sebagai adab.

Bagaimana jika masyarakat melihat para calon pemimpin yang lantang bercerita tentang penegakkan demokrasi namun miskin etika dan moral saat tampil di ruang publik?

Sehebat apapun seseorang dalam beretorika jika tidak memiliki adab maka hancurlah negeri ini. Karena adab adalah perisai bagi pemimpin rakyat Indonesia.

Baca Juga: Gen Z Diaspora di Mesir dan Tunisia Gencar Bangun Semangat Cinta Tanah Air

Calon pemimpin bangsa harusnya memiliki modal untuk adu gagasan dan ide tentang bagaimana meningkatkan kehidupan rakyat, apa strategi untuk meningkatkan kesadaran hukum masyarakat, apa yang harus dilakukan oleh seorang pemimpin agar hukum tidak tajam ke bawah.

Dr Pieter C Zuklifli, pengamat politik.
Dr Pieter C Zuklifli, pengamat politik.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Sukowati Utami JI

Sumber: Opini

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Membenahi Gagap Nalar Peradilan

Kamis, 4 Desember 2025 | 12:37 WIB

Bandara IMIP dan Hilangnya Kedaulatan Negara

Kamis, 27 November 2025 | 15:06 WIB

Rapuhnya Integritas “Wakil Tuhan di Muka Bumi”

Senin, 27 Oktober 2025 | 10:00 WIB

DPR dan Mutu Rendah Legislasi

Senin, 13 Oktober 2025 | 07:00 WIB

Jalan Terjal Mengembalikan Akal Sehat Kekuasaan

Senin, 6 Oktober 2025 | 12:00 WIB

“Mental Stunting” Pejabat

Sabtu, 13 September 2025 | 09:00 WIB

Keadilan Fiskal dan Martabat Demokrasi

Senin, 8 September 2025 | 11:00 WIB

Menyulam Tenun Kebangsaan, Menjaga Indonesia

Rabu, 3 September 2025 | 22:00 WIB
X