Meski bukan sarjana politik, Jokowi memiliki pemahaman mendalam terhadap dinamika politik Indonesia. Banyak pengamat kesulitan memahami cara kerja dan strategi politik Jokowi. Ibarat David menghancurkan kekuatan Goliath, Jokowi yang senyatanya seorang “wong cilik” dengan strategi gerilya (blusukan), mampu mengalahkan kekuatan yang lebih besar dengan memanfaatkan strategi yang cerdik.
Keberpihakan Presiden Jokowi terhadap rakyat dan nasionalismenya tak perlu diragukan lagi. Presiden Jokowi memiliki orientasi kekuasaan yang berfokus pada meninggalkan warisan politik yang positif dan membangun fondasi kuat untuk Indonesia emas menuju 100 tahun kemerdekaan.
Sebuah pertanyaan yang berkecamuk di kepala Jokowi, “Bagaimana bisa kekayaan alam Indonesia yang begitu banyak dikeruk asing, dikorup penguasa dan para pejabat tanpa menyisakan apapun kepada penduduk Indonesia, khususnya yang tinggal di sekitar daerah pertambangan.”
Itulah sebabnya Presiden Joko Widodo berupaya keras mengambil alih semua pertambangan yang dikuasai asing agar bisa kembali ke tangan bangsa Indonesia dan digunakan sebaik-baiknya untuk kepentingan dan kemaslahatan masyarakat, khususnya yang berada di sekitar pertambangan.
Namun sayangnya, era kepemimpinan Jokowi justru menjadi medan pertarungan ide dan fitnah, terutama dari pihak yang ingin mengambil keuntungan pribadi.
Mereka yang dekat dengan Jokowi ada yang ingin mengambil keuntungan ekonomi dan politik dari posisinya sebagai ketua partai, menteri, atau ketua-ketua lembaga perwakilan rakyat. Tidak jarang di antara mereka berupaya membungkam suara-suara yang mengkritik pemerintah, khususnya yang menohok kepentingan ekonomi sang oknum pejabat.
Baca Juga: Bikin Bangga! Inilah Deretan Gen Z Indonesia yang Berhasil Tembus Universitas TOP Luar Negeri
Ada juga para pembantu Presiden yang berusaha mencari muka lalu mengusulkan penambahan masa jabatan Presiden.
Meskipun bukan ahli hukum tata negara, Presiden Joko Widodo mengetahui persis bagaimana liku-liku politik setelah Presiden Soeharto lengser, dan bagaimana UUD 1945 diamandemen sebanyak empat kali. Jokowi memahami sejarah Indonesia dengan baik, termasuk masa kekuasaan Soekarno yang redup kemudian, rezim berpindah ke orde baru.
Mendadak Pro Jokowi
Dalam konteks Pilpres 2024, ada fenomena menarik di mana kontestan Capres nomor urut 3 yang secara drastis mengubah strategi kampanye. Dari semula menghujat dan menilai buruk kinerja Jokowi, kini strategi mereka berubah 360 derajat. Narasi kampanye pasangan Ganjar –Mahfud kini tak lagi ‘memusuhi’ Jokowi. Sebaliknya, mereka kini menyebut Jokowi sebagai ‘sahabat’.
Baca Juga: Masih Alot, Kesepakatan antara TikTok dan Tokopedia Belum Diketok, GOTO Beri Klarifikasi
Artikel Terkait
Membaca Langkah Senyap Jokowi dan Pertalian dengan Generasi Z pada Pilpres 2024
Depresi Politik Jelang Pertarungan Pilpres 2024, Gen Z, dan Indonesia Emas
Melihat Dinamika Politik jelang Pilpres 2024: Gibran, Jokowi Effect, dan Isu Keretakan Elite PDI Perjuangan
Pilpres 2024, di Atas Hukum Masih Ada Hukum
Pilpres 2024, Catatan untuk Para Capres-Cawapres: Ojo Lamis, Jangan Dusta, Jangan Sakiti Hati Rakyat Hanya Karena Ingin Berkuasa
Gen Z, Pilpres 2024, dan Politik yang Berkeadaban
Pilpres 2024, Politik Kotor, dan Upaya Pemakzulan Presiden Jokowi