HUKAMANEWS – Pada Rabu, 14 Februari 2024, Indonesia akan menyelenggarakan pesta demokrasi terbesarnya, Pemilu dan Pilpres 2024. Diwarnai lebih dari 200 juta pemilih, pesta demokrasi ini memiliki keistimewaan: dominasi pemilih muda.
Milenial dan Gen Z, kelompok usia yang identik dengan teknologi dan media sosial, kini siap menjadi penentu arah bangsa. Pada Pemilu 2024 kali ini, jumlah mereka diprediksi mencapai 33% dari total pemilih, menjadikannya kontributor suara tertinggi.
Tak sebatas pada momen hajatan Pemilu 2024, siapkah partai politik menyambut "serbuan" darah muda ini? Atau parpol-parpol kita masih melanggengkan manajemen tradisional dalam mengelola partai?
Berikut ini analisis kritis Dr. Pieter C Zulkifli, SH., MH., melihat kesiapan partai politik di Indonesia menyambut kehadiran kelompok milenial dalam peta perpolitikan nasional.
Setiap menjelang tahun politik, generasi muda selalu menjadi rebutan para politikus. Para calon presiden atau wakil presiden akan berusaha mendapatkan perhatian dan menyesuaikan dengan karakteristik generasi tersebut.
Fakta menarik dalam Pemilu kali ini datang dari data Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia (Lemhannas RI) yang menunjukkan penentu masa depan Indonesia bergantung dari pilihan generasi milenial sebagai kontributor suara tertinggi, sebanyak 33%.
Merujuk data Komisi Pemilihan Umum (KPU), Daftar Pemilih Tetap (DPT) Nasional untuk Pemilu 2024 sebesar 204.807.222 jiwa. Dari jumlah kurang lebih 55 hingga 60 persen diantaranya merupakan pemilih muda atau sekitar 106.358.447 jiwa.
Munculnya generasi Z dan milenial sebagai pelaku politik membawa angin segar bagi demokrasi Indonesia. Dua kelompok demografi yang sering diidentikkan dengan teknologi dan media sosial, kini mulai menunjukkan perannya dalam dunia politik Indonesia. Bukan lagi sebagai objek yang dipengaruhi, tapi sebagai pelaku yang aktif dalam menentukan arah bangsa.
Sehingga menjadi hal yang wajar bila kelompok milenial paling diincar menjelang Pemilu 2024. Karena itulah calon presiden (capres) seperti Anies Baswedan, Ganjar Pranowo, dan Prabowo Subianto terlihat getol merangkul mereka untuk mendongkrak suara.
Generasi Z yang terhitung lahir pada 1997-2012, identik dengan hal-hal baru dan terbuka terhadap isu global. Mereka bersama generasi milenial memiliki potensi besar sebagai kelompok usia produktif yang dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi.
Kesadaran mereka terhadap peran dalam pemerintahan dan partisipasi dalam Pemilu 2024 menjadi kunci untuk memaksimalkan bonus demografi ini.
Artikel Terkait
Hilirisasi Jokowi dan Pertempuran Politik Jelang Pilpres 2024
Prabowo Subianto Menjemput Kemenangan Pilpres 2024
Debat Capres untuk Mencari Pemimpin Terbaik, Bukan Memilih Kandidat Berwatak Sengkuni
51 Tahun PDI Perjuangan: Elektabiltas Merosot hingga ‘Kehilangan’ Jokowi, Masihkah Jadi Partai Wong Cilik?
Ilusi Pemakzulan Jokowi oleh Kelompok yang Tidak Siap Kalah
Presiden Boleh Berkampanye dan Berpihak, Tinjauan Hukum dan Etik
Etika Abal-Abal Para Capres-Cawapres dan Elite Politik Jelang Pilpres 2024
Pilpres 2024, Jokowi, dan Politisi Berjubah Akademisi