Tanpa Teknologi, Masyarakat Adat Ternyata Punya Cara Ampuh Jaga Bumi, Saatnya Kita Belajar dari Mereka untuk Solusi krisis iklim

photo author
- Minggu, 13 April 2025 | 09:23 WIB
Solusi krisis iklim ternyata sudah ada sejak dulu lewat kearifan lokal masyarakat adat yang terbukti jaga alam secara alami (HukamaNews.com / Instagram @natgeoindonesia)
Solusi krisis iklim ternyata sudah ada sejak dulu lewat kearifan lokal masyarakat adat yang terbukti jaga alam secara alami (HukamaNews.com / Instagram @natgeoindonesia)

HUKAMANEWS Greenfaith - Selama ini kita terbiasa memandang teknologi sebagai solusi utama untuk menghadapi krisis iklim.

Inovasi energi terbarukan, kendaraan listrik, hingga kecerdasan buatan sering dijadikan simbol harapan dunia yang lebih hijau.

Namun, di tengah gegap gempita teknologi, kita kerap lupa bahwa ada cara-cara yang jauh lebih tua, lebih bijak, dan terbukti ampuh menjaga keseimbangan alam: kearifan masyarakat adat.

Kita mungkin baru berbicara tentang keberlanjutan dalam dua dekade terakhir.

Baca Juga: Sangurejo dan Revolusi Hijau dari Mimbar, Ketika Framing Agama Jadi Motor Aksi Lingkungan

Tapi masyarakat adat? Mereka sudah menjalankannya selama ratusan bahkan ribuan tahun tanpa perlu jargon ramah lingkungan.

Yang menyedihkan, mereka yang paling konsisten menjaga alam justru kerap terpinggirkan dalam percakapan global soal perubahan iklim.

Padahal, kontribusi mereka bukan sekadar cerita masa lalu, tapi harapan nyata untuk masa depan.

Di Indonesia, masyarakat adat memiliki peran vital dalam menjaga hutan dan ekosistem.

Dengan hukum adat yang kuat, mereka melakukan pemantauan keanekaragaman hayati secara turun-temurun.

Bukan hanya dengan sistem, tapi juga lewat filosofi hidup yang mengakar: bahwa manusia adalah bagian dari alam, bukan penguasa atasnya.

Baca Juga: Saatnya Masjid Jadi Garda Terdepan Aksi Iklim, Gerakan Hijau Dimulai dari Sini

Seperti kata Kepala Desa Batu Lintang, “Lebih baik menjaga mata air daripada meneteskan air mata.”

Kalimat ini bukan sekadar peribahasa, tapi prinsip hidup yang mengilhami langkah nyata menjaga lingkungan.

Dalam pertemuan internasional COP 16 yang berlangsung di Cali, Kolombia, Nurhayati, seorang perwakilan masyarakat adat, menyampaikan sesuatu yang menyentuh dan sangat relevan.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Kazuki Rahmadani

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Banjir Sumatra dan Krisis Moral Ekologis Bangsa

Sabtu, 6 Desember 2025 | 22:05 WIB

Tragedi Sumatera, Ketika Kesucian Alam Dipertaruhkan

Kamis, 4 Desember 2025 | 14:07 WIB
X