analisis

Menanti Zaken Kabinet ala Prabowo-Gibran, Melawan Korupsi Menjadi Misi Berat Pemerintahan Baru

Rabu, 16 Oktober 2024 | 07:00 WIB
Ilustrasi. Publik Menanti Zaken Kabinet ala Prabowo-Gibran, Diprediksi Melawan Korupsi Menjadi Misi Berat Pemerintahan Baru

Bagaimanapun, rakyat telah lama berharap bahwa pemimpin baru akan mampu membentuk kabinet yang tidak hanya terdiri dari politisi loyalis partai, tetapi juga diisi oleh orang-orang dengan kompetensi dan kapabilitas yang jelas. Harapan akan munculnya zaken kabinet ini berangkat dari ketidakpuasan terhadap komposisi kabinet di masa-masa sebelumnya yang kerap dinilai sebagai "bagi-bagi kekuasaan" antar partai politik tanpa mempertimbangkan kebutuhan bangsa akan profesionalisme. Bahkan netizen Indonesia menyebutnya sebagai jabatan ‘give away’. 

Prabowo Subianto, sebagai figur yang dikenal tegas, memiliki tugas berat untuk memilih jajaran menterinya yang mampu menghadapi situasi global yang penuh ketidakpastian. Kenaikan harga pangan, krisis energi, serta ancaman resesi global menuntut pemerintah baru untuk mengambil kebijakan yang tidak hanya populis, tetapi juga efektif dan solutif. Inilah saatnya Prabowo dan Gibran menunjukkan bahwa mereka serius dalam membentuk zaken kabinet yang berfokus pada hasil, bukan sekadar popularitas. 

Rakyat, yang selama bertahun-tahun kecewa dengan janji-janji kosong politik, menaruh harapan besar pada pemerintahan Prabowo-Gibran. Mereka berharap kabinet baru ini akan diisi oleh para profesional yang kompeten dalam menangani krisis sektor strategis seperti ekonomi, pendidikan, kesehatan, energy, dan penegakan hukum. Apalagi dengan Gibran yang dikenal sebagai sosok muda dengan perspektif segar, banyak yang optimis bahwa duet ini bisa menghadirkan perubahan yang nyata.

Baca Juga: Raffi Ahmad Ikut Dipanggil Prabowo dan Dapat Amanah Tugas di Bidang Ekonomi Kreatif dan Pekerja Seni

Namun, jalan untuk mewujudkan harapan tersebut tidaklah mudah. Seperti yang sudah menjadi tradisi dalam politik Indonesia, kompromi politik kerap kali menjadi faktor penentu dalam pembentukan kabinet. Para pemimpin partai politik yang mendukung koalisi tentu akan meminta jatah kekuasaan mereka, dan inilah yang kerap kali menimbulkan dilema. Mampukah Prabowo menyeimbangkan antara tuntutan politik dan kebutuhan rakyat? 

Dr. Pieter C Zulkifli, SH. MH.

Figur dengan Integritas dan Kompetensi 

Sejarah telah membuktikan bahwa kabinet yang diisi oleh kalangan profesional kerap kali berhasil membawa perubahan signifikan. Salah satu contoh adalah masa pemerintahan BJ Habibie, yang berhasil menghadirkan kabinet yang banyak diisi oleh teknokrat dan profesional, meskipun dalam situasi yang penuh tantangan. Model inilah yang diharapkan oleh rakyat dari Prabowo dan Gibran, yang sama-sama memiliki latar belakang yang tidak asing dengan dunia militer dan birokrasi. 

Kabinet yang kompeten tidak hanya harus mampu mengatasi masalah-masalah domestik, tetapi juga harus siap menghadapi tantangan di kancah internasional. Dunia sedang berada di tengah pergolakan besar, dengan rivalitas antara negara adidaya yang bisa berdampak langsung pada kestabilan politik dan ekonomi Indonesia. Di sinilah peran menteri luar negeri yang kuat, misalnya, menjadi sangat krusial untuk memastikan bahwa Indonesia tetap berada di jalur diplomasi yang aman dan strategis. 

Di sisi lain, sektor ekonomi memerlukan sosok yang berani mengambil kebijakan inovatif dan tidak takut untuk melakukan reformasi struktural yang sudah lama tertunda. Dengan keadaan ekonomi global yang tidak stabil, Indonesia butuh menteri ekonomi yang mampu berpikir visioner, tetapi tetap realistis dalam menghadapi tantangan domestik seperti pengangguran, inflasi, deflasi, dampak besar jika terjadi  resesi ekonomi nasional, hingga ketimpangan sosial yang dari dulu tidak pernah tersentuh kebijakan pemerintah. 

Baca Juga: Lama Tak Terdengar Kabar, Eks Istri Ahok Veronica Tan Tahu-tahu Datangi Kediaman Prabowo di Kertanegara

Melawan Korupsi, Misi Berat Pemerintahan Baru 

Korupsi di Indonesia sudah menjadi penyakit yang sulit diobati, dengan birokrasi yang berbelit-belit dan kebijakan yang sering hanya menguntungkan segelintir elit politik dan pengusaha besar. Hal ini menciptakan ketimpangan sosial yang semakin lebar. Uang negara yang seharusnya dialokasikan untuk pembangunan infrastruktur, kesehatan, dan pendidikan malah banyak tersedot ke kantong-kantong pribadi. Akibatnya, rakyat kecil semakin terpuruk dalam kemiskinan. 

Korupsi yang telah mengakar di berbagai lapisan pemerintahan menjadi salah satu tantangan terbesar. Prabowo dan Gibran berhadapan dengan tuntutan besar untuk membersihkan birokrasi yang kotor dan mengakhiri praktik korupsi yang merugikan rakyat. Tidak hanya itu, mereka juga dihadapkan pada tugas berat untuk memulihkan kepercayaan rakyat terhadap pemerintahan. 

Dalam konteks ini, kabinet yang akan dibentuk harus berisi individu-individu yang tidak hanya kompeten, tetapi juga memiliki integritas tinggi. Masyarakat mendambakan para pemimpin yang tidak hanya pandai berbicara, tetapi juga mampu mengambil tindakan nyata dalam memberantas korupsi dan memperbaiki birokrasi yang rusak.

Halaman:

Tags

Terkini

Membenahi Gagap Nalar Peradilan

Kamis, 4 Desember 2025 | 12:37 WIB

Bandara IMIP dan Hilangnya Kedaulatan Negara

Kamis, 27 November 2025 | 15:06 WIB

Rapuhnya Integritas “Wakil Tuhan di Muka Bumi”

Senin, 27 Oktober 2025 | 10:00 WIB

DPR dan Mutu Rendah Legislasi

Senin, 13 Oktober 2025 | 07:00 WIB

Jalan Terjal Mengembalikan Akal Sehat Kekuasaan

Senin, 6 Oktober 2025 | 12:00 WIB

“Mental Stunting” Pejabat

Sabtu, 13 September 2025 | 09:00 WIB

Keadilan Fiskal dan Martabat Demokrasi

Senin, 8 September 2025 | 11:00 WIB

Menyulam Tenun Kebangsaan, Menjaga Indonesia

Rabu, 3 September 2025 | 22:00 WIB