HUKAMANEWS – Terjadi fenomena menarik dalam Pemilihan Umum Legislatif (Pileg) dan Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024. Di mana suara untuk PDI Perjuangan berada di posisi teratas dibanding partai lain hasil Pemilu 2024, tapi suara untuk pasangan calon presiden (Paslon) nomor urut 03, Ganjar Pranowo-Mahfud MD justru terbawah dibanding pasangan lain.
Ganjar menyebutnya sebagai anomali. Kondisi ini terjadi, menurutnya, karena indikasi kecurangan yang dilakukan secara terstruktur, sistematis dan masif. Karena itulah dia mendorong partai pengusungnya di DPR melakukan hak angket hingga hak interpelasi.
Namun pengamat politik Dr. Pieter C Zulkifli, SH., MH. menilai anjoknya suara paslon 03 justru karena sikap Ganjar sendiri yang dinilai arogan, kemlinti, dan tidak solidnya internal PDI Perjuangan dalam mendukung dirinya. Lebih lengkap, berikut catatan kritis politikus senior ini.
Baca Juga: Penganugerahan Pangkat Istimewa TNI untuk Prabowo Sesuai UU, Pengamat: Mestinya Sejak 2022
Elektabilitas pasangan nomor urut 03, Ganjar-Mahfud anjlok versi quick count atau hitung cepat sejumlah lembaga survei. Namun, hal itu berbanding terbalik dengan suara PDI Perjuangan yang tinggi pada Pemilu 2024 ini.
Hasil real count sementara KPU terhitung pada Rabu pukul 23.00 WIB, pasangan Ganjar Mahfud mendapatkan 16,69 persen suara atau berada di peringkat ketiga. Sedangkan peringkat kedua ada pasangan Anies Muhaimin dengan 24,47 persen, dan suara tertinggi didapat oleh pasangan Prabowo Gibran di angka 58,84 persen.
Deputi Politik 5.0 TPN Ganjar-Mahfud, Andi Widjajanto, menyebut adanya anomali yang signifikan dan merosotnya suara Ganjar tidak lepas dari apa yang ia sebut sebagai strategi nonpemilu. Strategi nonpemilu merujuk pada upaya-upaya di luar kampanye konvensional yang mampu mempengaruhi perolehan suara.
Strategi nonpemilu itu disebut sengaja dilakukan oleh lawan-lawan politik untuk mempengaruhi suara Ganjar-Mahfud, terutama di basis-basis tradisional PDI Perjuangan. Hal itu, menurut Andi, juga berkaitan dengan dugaan turut campurnya pemerintah. Basis-basis suara Ganjar disebut banyak diguyur bantuan sosial, baik berupa sembako maupun uang tunai serta menjadi sasaran kunjungan pejabat, bahkan Presiden.
Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto menganggap kekalahan Ganjar Pranowo di Jawa Tengah dan Bali adalah sebuah anomali. Dia menyebut ada dugaan kecurangan yang dilakukan oleh tim pasangan calon lain sehingga membuat hasil penghitungan sementara menempatkan Ganjar di posisi terbawah.
Ibarat buruk muka cermin dibelah, TPN Ganjar Mahfud alfa melihat banyak fakta di mana kecurangan-kecurangan justru banyak dilakukan oleh mereka. Mulai dari intimidasi kepada ASN; anggota KPU Wonosobo yang bertindak aktif mulai dari inisiatif, kemudian mengumpulkan PPK, mengarahkan dukungan kepada paslon 03 serta memberikan sejumlah uang baik untuk PPK maupun PPS; hingga kecurangan pemilu di Malaysia dan Taiwan, semua dilakukan ‘oknum’ untuk memenangkan suara Ganjar Mahfud.
Baca Juga: Mengapa Pemilu di Indonesia Selalu Dilaksanakan Hari Rabu? Ternyata Ini Alasannya
Di Malaysia bahkan, ada dugaan oknum yang mengkoordinir pencoblosan kertas suara untuk paslon 03 secara membabi buta. Karena itulah diputuskan untuk melakukan pemilu ulang di sana.
Ganjar harusnya bisa bercermin, bahwa penyebab rendahnya suara mereka, salah satunya karena tidak nyambungnya narasi demokrasi antara elite partai dengan basis massa. Ganjar terlalu memfokuskan demokrasi sebagai civil libertis dengan kritiknya yang tajam kepada pemerintahan, walau seringkali data yang disampaikan tidak relevan.