analisis

Debat Perdana Capres di Pilpres 2024 antara Adab, Adu Gagasan, dan Gimmick Politik

Jumat, 15 Desember 2023 | 08:27 WIB
Ilustrasi. Debat capres - cawapres di Pilpres 2024 telah digelar KPU

Calon pemimpin juga harus memiliki wawasan tentang situasi geopolitik dunia. Bagaimana kondisi global yang sedang memanas ini bila merembet ke Asia? Apa antisipasinya? Dalam kondisi global yang tidak menguntungkan ini, apa strategi capres memenuhi kebutuhan hidup rakyat Indonesia. Masalah pangan, kesehatan, pendidikan, kesejahteraan. Terpenting, apa gagasan para capres-cawapres untuk membuat rakyat hidup rukun, bersatu, dan penuh kedamaian?

Masih banyak hal yang sangat penting dibahas daripada menyerang satu dengan yang lain hanya demi membuat sorak sorai penonton dan menjadi ajang debat kusir bagi para pendukung yang melihat. Apalagi menuduh tanpa bukti dan menjatuhkan karakter sesama anak bangsa karena ambisi berkuasa.

Baca Juga: Didukung Netizen, Koki Bobon Santoso Tolak Masak untuk Pengungsi Rohingya, Mending Buat Warga Papua

Sikap calon pemimpin yang mengabaikan etika dan moral justru tidak akan mungkin bisa melindungi keselamatan bangsa dan negara. Indonesia membutuhkan pemimpin yang memiliki komitmen bukan hanya pandai beretorika.

Ijasah hanyalah selembar kertas yang menjelaskan seseorang pernah menempuh pendidikan setinggi apapun. Namun dedikasi seseorang terlihat dari bagaimana ia mengingat kebaikan dan memperlakukan orang lain.

Rakyat membutuhkan pemimpin yang jujur, bukan pemimpin dengan sederet gelar akademik, yang pura-pura baik, pura-pura melindungi kepentingan rakyat, namun minim kerja nyata.

Baca Juga: Ada Ide Tampung dan Carikan Pekerjaan untuk Pengungsi Rohingya, Ustad Derry Sulaiman Siapkan Lahan 2 Hektar di Tasikmalaya

Sebagai penutup tulisan dengan kembali mengingatkan bahwa masih ada empat sesi debat lagi yang akan digelar oleh KPU. Dua sesi debat capres dan dua sesi debat cawapres.

Debat capres-cawapres walapun hanya memiliki dampak terbatas terhadap elektabilitas, namun ini bisa menjadi panggung untuk merebut suara indeciden voters dan swing voters, di mana konten debat menjadi amunisi untuk menarik pemilih yang belum menentukan pilihan.

Berpolitik membutuhkan kedewasaan dan kejujuran. Berpura pura menjadi politisi baik sudah menjadi gaya hidup elite kita. Oleh karena itu rakyat harus cerdas agar tidak dijadikan komoditas politik para elite yang selalu memperalat rakyat agar tujuan politik elite tercapai, tapi berujung pada kehidupan masyarakat terpecah belah.

Baca Juga: Apa itu Cadaver, yang Bikin Polisi Geledah Kampus UNPRI Medan karena Curiga dengan Penemuan 5 Mayat Tanpa Identitas

Penulis berharap pada sesi debat selanjutnya, para capres-cawapres harus memiliki tanggung jawab moral untuk menampilkan ruang demokrasi yang sejuk, pengetahuan politik dan sikap politik yang baik pada masyarakat.

Ini tak hanya konstruktif bagi perkembangan demokrasi di tanah air, debat sejuk juga akan meningkatkan wibawa bangsa dan negara di mata dunia.

Pemimpin yang rendah hati akan selalu dicintai rakyat, tetapi pemimpin yang tinggi hati tidak pernah mencintai rakyatnya.***

Halaman:

Tags

Terkini

Membenahi Gagap Nalar Peradilan

Kamis, 4 Desember 2025 | 12:37 WIB

Bandara IMIP dan Hilangnya Kedaulatan Negara

Kamis, 27 November 2025 | 15:06 WIB

Rapuhnya Integritas “Wakil Tuhan di Muka Bumi”

Senin, 27 Oktober 2025 | 10:00 WIB

DPR dan Mutu Rendah Legislasi

Senin, 13 Oktober 2025 | 07:00 WIB

Jalan Terjal Mengembalikan Akal Sehat Kekuasaan

Senin, 6 Oktober 2025 | 12:00 WIB

“Mental Stunting” Pejabat

Sabtu, 13 September 2025 | 09:00 WIB

Keadilan Fiskal dan Martabat Demokrasi

Senin, 8 September 2025 | 11:00 WIB

Menyulam Tenun Kebangsaan, Menjaga Indonesia

Rabu, 3 September 2025 | 22:00 WIB