Calon pemimpin juga harus memiliki wawasan tentang situasi geopolitik dunia. Bagaimana kondisi global yang sedang memanas ini bila merembet ke Asia? Apa antisipasinya? Dalam kondisi global yang tidak menguntungkan ini, apa strategi capres memenuhi kebutuhan hidup rakyat Indonesia. Masalah pangan, kesehatan, pendidikan, kesejahteraan. Terpenting, apa gagasan para capres-cawapres untuk membuat rakyat hidup rukun, bersatu, dan penuh kedamaian?
Masih banyak hal yang sangat penting dibahas daripada menyerang satu dengan yang lain hanya demi membuat sorak sorai penonton dan menjadi ajang debat kusir bagi para pendukung yang melihat. Apalagi menuduh tanpa bukti dan menjatuhkan karakter sesama anak bangsa karena ambisi berkuasa.
Baca Juga: Didukung Netizen, Koki Bobon Santoso Tolak Masak untuk Pengungsi Rohingya, Mending Buat Warga Papua
Sikap calon pemimpin yang mengabaikan etika dan moral justru tidak akan mungkin bisa melindungi keselamatan bangsa dan negara. Indonesia membutuhkan pemimpin yang memiliki komitmen bukan hanya pandai beretorika.
Ijasah hanyalah selembar kertas yang menjelaskan seseorang pernah menempuh pendidikan setinggi apapun. Namun dedikasi seseorang terlihat dari bagaimana ia mengingat kebaikan dan memperlakukan orang lain.
Rakyat membutuhkan pemimpin yang jujur, bukan pemimpin dengan sederet gelar akademik, yang pura-pura baik, pura-pura melindungi kepentingan rakyat, namun minim kerja nyata.
Sebagai penutup tulisan dengan kembali mengingatkan bahwa masih ada empat sesi debat lagi yang akan digelar oleh KPU. Dua sesi debat capres dan dua sesi debat cawapres.
Debat capres-cawapres walapun hanya memiliki dampak terbatas terhadap elektabilitas, namun ini bisa menjadi panggung untuk merebut suara indeciden voters dan swing voters, di mana konten debat menjadi amunisi untuk menarik pemilih yang belum menentukan pilihan.
Berpolitik membutuhkan kedewasaan dan kejujuran. Berpura pura menjadi politisi baik sudah menjadi gaya hidup elite kita. Oleh karena itu rakyat harus cerdas agar tidak dijadikan komoditas politik para elite yang selalu memperalat rakyat agar tujuan politik elite tercapai, tapi berujung pada kehidupan masyarakat terpecah belah.
Penulis berharap pada sesi debat selanjutnya, para capres-cawapres harus memiliki tanggung jawab moral untuk menampilkan ruang demokrasi yang sejuk, pengetahuan politik dan sikap politik yang baik pada masyarakat.
Ini tak hanya konstruktif bagi perkembangan demokrasi di tanah air, debat sejuk juga akan meningkatkan wibawa bangsa dan negara di mata dunia.
Pemimpin yang rendah hati akan selalu dicintai rakyat, tetapi pemimpin yang tinggi hati tidak pernah mencintai rakyatnya.***