Generasi emas harus siap menjadi pemimpin yang tidak hanya berani bersuara, tetapi juga memiliki analisis yang tajam dan mampu memahami bahwa dunia penuh dengan nuansa kompleks. Mereka perlu belajar bahwa pemerintah, meski tak selalu sempurna, bukanlah musuh, melainkan bagian dari sistem yang bisa diperbaiki bersama. Kritik yang konstruktif, berbasis analisis dan wawasan global, akan menjadi fondasi yang kuat untuk membangun bangsa.
Baca Juga: Terlambat Daftar Akta Kelahiran Anak, Apa Saja Risikonya dan Cara Mengatasinya?
Membangun Kritik yang Bermakna
Indonesia membutuhkan generasi yang matang secara sosial dan memahami konteks global, bukan generasi yang hanya pandai berteriak di jalanan. Era digital dan globalisasi menuntut mahasiswa untuk menguasai ilmu tidak hanya di bidangnya, tetapi juga memahami dinamika global yang berdampak pada kebijakan dalam negeri.
Pemerintah juga harus serius membangun sistem yang kuat untuk meningkatkan kualitas lembaga pendidikan nasional. Ini penting agar dalam dua dekade ke depan generasi muda Indonesia mampu bersaing dengan generasi muda dari negara lain. Diakui, sejak dulu Indonesia tidak memiliki sistem yang baik, sehingga ruang-ruang kekuasaan dikuasai kelompok elite tertentu. Jangan memusuhi minoritas jika mereka mendapatkan kesempatan mengabdi pada bangsa dan negara. Berikan sebagian kecil ruang-ruang itu kepada orang-orang yang tepat. Jika ini terjadi, dalam dua puluh tahun Indonesia bisa menjadi negara yang kuat.
Sekali lagi, kepemimpinan nasional yang efektif memerlukan dukungan dari masyarakat yang memiliki perspektif luas dan siap mendukung kebijakan yang berpihak pada kepentingan rakyat. Tanpa ini, kritik hanya akan menjadi teriakan kosong yang tak mengarah pada perubahan nyata.
Menjadi generasi emas berarti menjadi pemimpin yang siap mengabdi bagi negara, baik dalam lingkup nasional maupun global. Tanpa perspektif yang luas dan wawasan global, kritik hanya akan menjadi sekadar kata-kata tanpa makna, jauh dari perubahan yang diinginkan.***
Artikel Terkait
Menanti Zaken Kabinet ala Prabowo-Gibran, Melawan Korupsi Menjadi Misi Berat Pemerintahan Baru
Quo Vadis Etika Negara Demokrasi, Membaca Strategi Politik Nasdem dan PDIP di Kabinet Prabowo-Gibran
Ketika Politik Transaksional Menjadi Alasan Terbentuknya Kabinet Prabowo-Gibran, Bagaimana Potret Indonesia ke Depan?
Harap-Harap Cemas Menanti 100 Hari Kinerja Kabinet Merah Putih Prabowo-Gibran
Apresiasi Kinerja Kejaksaan Agung, Pilar Penegak Keadilan dan Harapan Masyarakat