Bahkan, Prabowo resmi memecahkan rekor dunia sebagai pemimpin negara dengan pemilih terbanyak sepanjang sejarah dunia dengan meraih 96 juta lebih pemilih. Angka ini mengalahkan Presiden Jokowi pada Pilpres 2029 yang meraih 85 juta pemilih, dan Presiden Amerika Serkat Joe Biden pada pemilihan umum 2020 yang meraup 81 juta suara.
Baca Juga: Mendadak Datangi Bareskrim, Menteri Bahlil Adukan Sosok Ini Terkait Pencatutan Nama Izin Tambang
Tentunya, kemenangan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming bukanlah akhir dari perjalanan, melainkan sebuah permulaan dari perjuangan baru. Banyak pekerjaan rumah Prabowo-Gibran di depan mata yang harus diselesaikan setelah resmi dilantik menjadi presiden dan wakil presiden pada 20 Oktober nanti.
Kemenangan ini adalah tonggak awal dari perjuangan untuk membuktikan bahwa janji-janji kampanye mereka untuk memberantas kemiskinan, serta membangun persatuan dan kesatuan.
Janji tentang Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia; Indonesia dengan kesejahteraan umum yang maju; Indonesia yang cerdas; Indonesia yang kelas dunia. Indonesia yang berketuhanan Yang Maha Esa, berkemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, dan Indonesia yang berkeadilan sosial.
Baca Juga: Viral di Medsos! Fenomena 'Mio Mirza' yang Mendominasi TikTok, Dari Kebingungan Menjadi Kegemaran!
Salah satu pekerjaan yang menunggu di depan mata yakni menjalankan program makan siang dan susu gratis yang sedari awal digadang-gadang Prabowo-Gibran. Program ini nantinya berdampak pada perbaikan kualitas sumber daya manusia (SDM) bangsa.
Pun dengan program strategis pembangunan perekonomian yang harus segera dijalankan Prabowo-Gibran demi membawa Indonesia menjadi lebih makmur.
Di tengah kondisi geopolitik dunia yang tidak menentu, Indonesia memiliki peran penting dalam kebijakan luar negeri dan diplomasi regional. Prabowo diyakini mampu membawa negeri ini disegani oleh dunia internasional dengan tetap mengedepankan kepentingan, kedaulatan, dan martabat bangsa di atas segalanya.
Baca Juga: Aksi War Takjil Itu Obat Penyejuk Kerukunan Umat Beragama di Indonesia Saat Ini
Membangun Indonesia, negeri kepulauan dengan jumlah penduduk lebih dari 278 juta jiwa, tentu membutuhkan energi besar. Karenanya, Prabowo-Gibran harus ditopang oleh koalisi besar di belakang pemerintah demi membantu menjalankan program tersebut.
Itulah agenda utama bagi Presiden dan Wakil Presiden terpilih Indonesia 2024-2029. Jika itu dapat dicapai, demokrasi tampaknya secara pragmatis tidak perlu menjadi barang yang dicemaskan, seperti banyak dinarasikan oleh kelompok-kelompok yang sejak kontestasi Pemilu 2024 dimulai, selalu meneriakkan kecurangan dan kemunduran demokrasi.
Dengan kemenangan telak Prabowo-Gibran, kita pun wajib melakukan introspeksi atas berbagai narasi kemunduran demokrasi dari sebagian kalangan terdidik. Benarkah kemunduran demokrasi yang mereka keluhkan selama ini benar-benar menjadi keprihatinan rakyat luas, atau hanya keprihatinan kalangan kelas menengah terdidik saja?
Baca Juga: Jangan Lewatkan 7 Destinasi Wisata Sepanjang Jalur Pantura
Artikel Terkait
Pilpres 2024, Jokowi, dan Politisi Berjubah Akademisi
Film Dirty Vote Jelang Pencoblosan, ‘Serangan Fajar’ Versi Baru
Menakar Kedewasaan Berpolitik di Tengah Potensi Sengketa Pemilu 2024 dan Integritas MK
Hak Interpelasi, Hak Angket, dan Skenario Jahat Kelompok Takut Kalah
Buruk Muka Cermin Dibelah, Catatan untuk Ganjar Mahfud, Megawati, dan Elite PDI Perjuangan
10 Tahun Lebih Menggantung, RUU Perampasan Aset Tak Kunjung Dibahas DPR, Ada Apa dengan Elite Politik di Senayan?
Membaca Gestur Politik Puan Maharani di Tengah Gelombang Hak Angket dan Interpelasi
Pilpres 2024, Menanti Sikap Legowo Ganjar Pranowo