HUKAMANEWS – Bulan Dzulhijjah adalah bulan yang penuh rahmat dan keberkahan bagi umat Islam. Di bulan ini, umat Islam dianjurkan untuk memperbanyak ibadah, salah satunya dengan melakukan ibadah puasa.
Selain puasa wajib haji, terdapat beberapa puasa sunnah yang dianjurkan untuk dilakukan di bulan Dzulhijjah, yaitu puasa Tarwiyah, Arafah, dan puasa sunnah Dzulhijjah.
Namun, bagaimana hukum menggabungkan qadha puasa Ramadhan dengan puasa Tarwiyah atau Arafah bagi mereka yang memiliki utang puasa Ramadhan?
Baca Juga: Di Balik Alasan Tokopedia dan TikTok Shop PHK Massal Ratusan Karyawan
Wakil Sekretaris Lembaga Bahtsul Masail Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LBM PBNU), Ustadz Alhafiz Kurniawan, menjelaskan bahwa niat qadha puasa Ramadhan yang digabung dengan puasa Tarwiyah dan Arafah tetap sah.
Bahkan, lanjutnya, orang yang melaksanakan hal tersebut juga mendapatkan keutamaan puasa sunnah tersebut.
"Qadha puasa Ramadhannya tetap sah. Sedangkan ia sendiri tetap mendapatkan keutamaan yang didapat oleh mereka yang berpuasa dengan niat puasa sunnah Arafah," katanya dalam tulisannya di NU Online dikutip Minggu (17/6/2024).
Baca Juga: Pernyataan Mengejutkan Jimly Asshiddiqie Terkait Putusan MA, Bikin Kaesang Pangarep Gigit Jari
Pernyataan ini didasarkan pada keterangan Syekh Zakariya Al-Anshari dalam Asnal Mathalib. Syekh Zakariya menjelaskan bahwa orang yang berpuasa pada hari Asyura, misalnya, untuk qadha atau nazar puasa, juga mendapat pahala puasa sunnah hari Asyura.
Pandangan ini disepakati oleh ulama seperti Al-Ushfuwani, Al-Faqih Abdullah An-Nasyiri, dan Al-Faqih Ali bin Ibrahim bin Shalih Al-Hadhrami.
Keterangan serupa juga dikutip oleh Ustadz Alhafiz dari Sayyid Bakri dalam kitab I‘anatut Thalibin.
Baca Juga: Pasutri Wajib Tahu Ya! Kenali Waktu Makruh dan Haram untuk Hubungan Intim dalam Islam
Menurut Sayyid Bakri, orang yang berpuasa pada hari-hari tertentu yang sangat dianjurkan untuk dipuasakan akan mendapatkan keutamaan sebagai mereka yang berpuasa sunnah pada hari tersebut, meskipun niatnya adalah qadha puasa atau puasa nazar.
"Di dalam Al-Kurdi terdapat nash yang tertulis pada Asnal Mathalib dan sejenisnya yaitu Al-Khatib As-Syarbini, Syekh Sulaiman Al-Jamal, dan Syekh Ar-Ramli bahwa puasa sunnah pada hari-hari yang sangat dianjurkan untuk puasa memang dimaksudkan untuk hari-hari tersebut. Tetapi orang yang berpuasa dengan niat lain pada hari-hari tersebut, maka dapatlah baginya keutamaan," demikian penggalan keterangan Sayyid Bakri yang dikutip Ustadz Alhafiz.
Artikel Terkait
Makna Mendalam di Balik Ucapan Taqabbalallahu Minna wa Minkum yang Sudah Jadi Tradisi Idul Fitri dan Idul Adha
Simak Yuk! Bolehkah Berpuasa Hanya Satu Hari Saat Idul Adha? Ini Penjelasan dan Keutamaannya!
Sebentar Lagi Idul Adha, inilah 3 Golongan Penerima Daging Kurban dan Ketentuan Pembagiannya
Bacaan Niat Puasa Tarwiyah dan Arafah, Keutamaan, dan Jadwal Pelaksanaannya