HUKAMANEWS – Ledakan di SMAN 72 Jakarta kini menguak sisi yang jauh lebih gelap dari sekadar insiden tragis.
Densus 88 Antiteror Polri menemukan jejak ideologi ekstrem di balik aksi tersebut, menunjukkan bagaimana paparan konten radikal digital bisa memengaruhi remaja Indonesia.
Temuan ini menimbulkan kekhawatiran baru tentang ancaman ideologi kekerasan global yang kini menembus ruang kelas dan dunia maya anak muda.
Penyidik menyebut, pelaku yang merupakan siswa aktif di sekolah tersebut meniru sosok-sosok pelaku kekerasan ekstrem dunia, sebuah sinyal bahaya bagi masa depan pendidikan dan keamanan digital remaja.
Densus 88 Temukan Nama Tokoh Teror Dunia di Barang Milik Pelaku
AKBP Mayndra Eka Wardhana, Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) Densus 88, mengungkap bahwa petugas menemukan sejumlah nama pelaku penembakan massal internasional tertulis di senjata laras panjang mainan milik pelaku.
“Sedikitnya ada enam figur yang menjadi inspirasi bagi anak berhadapan dengan hukum (ABH) ini. Ini sangat memprihatinkan,” ujar Mayndra kepada wartawan, Selasa (11/11/2025).
Nama-nama tersebut antara lain Eric Harris dan Dylan Klebold, pelaku tragedi Columbine High School (AS, 1999) yang dikenal berpaham neo-Nazi.
Ada juga Dylann Roof, pelaku penembakan di Gereja Charleston yang berpaham supremasi kulit putih.
Selain itu, tercatat Alexandre Bissonnette (penyerang Masjid Quebec, Kanada, 2017), Vladislav Roslyakov (penembak Politeknik Kerch, Krimea, 2018), Brenton Tarrant (penembak dua masjid di Christchurch, Selandia Baru, 2019), hingga Natalie Lynn “Samantha” Rupnow, pelaku penembakan di sekolah Kristen Wisconsin pada 2024.
Semua figur tersebut memiliki kesamaan ideologi ekstrem berbasis kebencian, rasisme, dan kekerasan yang disebarluaskan melalui forum daring global.
Paparan Ideologi Ekstrem di Dunia Maya: Ancaman Nyata bagi Remaja
Fenomena ini memperlihatkan bagaimana radikalisasi digital kini dapat menjangkau anak-anak muda Indonesia lewat media sosial, forum anonim, atau grup daring tertutup.