Tak sedikit pula yang mengingatkan pentingnya empati di lingkungan sekolah agar siswa tidak mudah mencari validasi lewat aksi ekstrem atau kekerasan.
Kasus ledakan di SMAN 72 Jakarta kini menjadi alarm sosial: ancaman radikalisasi tidak lagi datang dari luar negeri, tetapi dapat tumbuh di ruang digital di genggaman anak-anak kita.
Tugas besar ke depan bukan hanya menindak pelaku, tapi memastikan tidak ada lagi remaja yang terseret dalam pusaran ideologi kebencian global.
Baca Juga: Mahfud MD Bongkar Titik Lemah Tersulit Polri: Reformasi 3 Bulan, Publik Diminta Ikut Mengawasi
Kolaborasi antara keluarga, sekolah, pemerintah, dan platform digital menjadi kunci agar generasi muda Indonesia tetap terlindungi dari virus ideologi ekstrem yang menyamar di balik layar.***
Artikel Terkait
Tersangka Chromebook Akhirnya Diserahkan ke JPU, Eks Mendikbud Nadiem Datang Bergiliran, Satu Pejabat Masih Buron!
Nadiem Makarim Dilimpahkan ke Jaksa, Franka Franklin Setia Dampingi, Publik Soroti Sikap Tenangnya di Kejari Jakpus
Buruh Bekasi Desak Kenaikan Upah 10,5 Persen, ITUC Titip Pesan untuk Presiden Prabowo
Proyek Rp231 Miliar Jadi Sorotan, KPK Siap Langkah Besar Usai Sidang Kasus Jalan Sumut yang Seret Nama Bobby Nasution
Pemerintah Kaji Pembatasan PUBG Usai Ledakan SMAN 72 Jakarta, DKI Beri Dukungan Penuh