nasional

Pelaku Ledakan SMAN 72 Jakarta Sering Merasa Kesepian, Polisi Ungkap Fakta Baru soal Kondisi Mental Pelajar

Rabu, 12 November 2025 | 06:21 WIB
Petugas polisi merilis perkembangan kasus ledakan SMAN 72 Jakarta. (HukamaNews.com / Net)

Menurut Densus 88, sejak awal tahun pelaku sudah melakukan penelusuran daring tentang kekerasan ekstrem.

Penelusuran itu dipicu oleh rasa tertindas, dendam terhadap perlakuan tertentu, dan perasaan tidak punya tempat bercerita.

Fenomena “copycat behavior” seperti ini disebut semakin sering terjadi pada remaja yang rentan dan kesepian.

KPAI: Pendampingan Anak dan Evaluasi Sekolah

Ketua KPAI, Margaret Aliyatul Maimunah, menegaskan bahwa sebagai ABH, pelaku tetap berhak mendapatkan pendampingan hukum dan perlakuan yang berorientasi pada kepentingan terbaik anak.

Baca Juga: Terkuak! JK Ungkap Bahaya Mafia Tanah: Kalau Tokoh Besar Saja Bisa Diserang, Gimana Nasib Warga Biasa?

Ia menekankan bahwa proses penyidikan hingga persidangan nanti tidak bisa disamakan dengan orang dewasa.

KPAI juga menyoroti perlunya sekolah memperkuat ekosistem sekolah ramah anak.

Menurut Margaret, kasus ini menjadi pengingat bahwa kondisi kesehatan mental pelajar harus menjadi perhatian utama, termasuk keberadaan tim pencegahan kekerasan di sekolah.

Konteks Lebih Luas: Lonjakan Kesepian di Kalangan Remaja

Kasus ini menyentuh isu yang lebih besar: meningkatnya angka kesepian pada remaja Indonesia.

Sejumlah psikolog mencatat kenaikan kasus tekanan emosional sejak pandemi, ditambah kebiasaan digital yang membuat banyak remaja merasa terhubung secara virtual tetapi justru terisolasi secara emosional.

Baca Juga: Gelar Pahlawan Nasional untuk Sarwo Edhie, AHY Bongkar Kisah Kakeknya yang Jarang Terungkap di Publik, Bikin Penasaran

Pengamat pendidikan menilai sekolah perlu meningkatkan kualitas komunikasi antara guru, konselor, dan murid agar red flags dapat dideteksi lebih cepat.

Respon Publik: Empati, Kepedulian, dan Kekhawatiran

Halaman:

Tags

Terkini