Di media sosial, warganet menyoroti betapa mudahnya remaja terpapar ideologi kekerasan dari internet.
Namun banyak juga yang menunjukkan empati, menilai bahwa kasus ini adalah sinyal serius tentang minimnya ruang aman bagi pelajar untuk berbicara.
Diskusi publik pun bergeser ke isu penting: bagaimana keluarga dan sekolah bisa menjadi tempat anak bercerita tanpa takut dihakimi.
Kasus ledakan SMAN 72 Jakarta bukan hanya soal tindakan hukum, tetapi alarm keras tentang krisis kesehatan mental remaja yang sering luput dari perhatian.
Baca Juga: Pemerintah Kaji Pembatasan PUBG Usai Ledakan SMAN 72 Jakarta, DKI Beri Dukungan Penuh
Peran keluarga, sekolah, dan lingkungan sosial sangat menentukan apakah seorang anak merasa aman atau justru semakin tertekan.
Ke depan, masyarakat perlu memastikan setiap anak memiliki akses pada ruang bercerita, pendampingan, dan dukungan emosional yang layak.***
Artikel Terkait
Densus 88 Temukan Tujuh Peledak di SMAN 72, Investigasi Meluas hingga Aktivitas Medsos Terduga Pelaku
Tersangka Chromebook Akhirnya Diserahkan ke JPU, Eks Mendikbud Nadiem Datang Bergiliran, Satu Pejabat Masih Buron!
Nadiem Makarim Dilimpahkan ke Jaksa, Franka Franklin Setia Dampingi, Publik Soroti Sikap Tenangnya di Kejari Jakpus
Buruh Bekasi Desak Kenaikan Upah 10,5 Persen, ITUC Titip Pesan untuk Presiden Prabowo
Proyek Rp231 Miliar Jadi Sorotan, KPK Siap Langkah Besar Usai Sidang Kasus Jalan Sumut yang Seret Nama Bobby Nasution