Dampak bagi Industri Tekstil Lokal dan Reaksi Publik
Kasus balpres selalu memicu perdebatan publik.
Sebagian masyarakat menganggap pakaian bekas impor lebih murah dan berkualitas, tetapi industri lokal menilai kehadirannya merusak pasar dan menekan UMKM.
Di Bandung, yang dikenal sebagai sentra tekstil dan distro—isu ini cukup sensitif.
Pelaku usaha mengeluhkan turunnya permintaan produk lokal karena banjirnya pakaian bekas branded yang masuk tanpa pajak.
Netizen juga ramai berkomentar bahwa pengungkapan besar seperti ini “hanya puncak gunung es” dan meminta pemerintah memperketat pengawasan pelabuhan tikus.
Pengungkapan 439 balpres ilegal asal Korea, China, dan Jepang ini menunjukkan bahwa penyelundupan pakaian bekas masih jauh dari selesai.
Jaringan terorganisir, jalur logistik yang rapi, serta pemanfaatan gudang-gudang transit menandakan bahwa pelaku telah membangun sistem bisnis gelap yang kuat.
Ke depan, penindakan perlu diikuti pengawasan pelabuhan lebih ketat dan edukasi publik agar peredaran barang ilegal tidak kembali menguasai pasar.***
Artikel Terkait
Kolaborasi Mantap! Bea Cukai dan Polri Sukses Cegah Penyelundupan Narkoba Masuk dari Eropa
Kasus Penyelundupan BBM Di NTT Melibatkan Polisi, Bripka A. Pengungkapan Dilakukan Polres Kupang, Dua Lokasi Penimbunan Diamankan
Belum Genap 100 Hari Pertama Kerja di Kabinet Merah Putih, Presiden Prabowo Unjuk Gigi Perangi Judol, Narkoba, Penyelundupan dan Korupsi
TNI AL Gagalkan 57 Kasus Penyelundupan di Tahun 2024, Dari Narkoba hingga Organ Manusia
Ratusan Balpres Baju Bekas Senilai Rp4 Miliar Digulung Polisi dan Dimusnahkan di Bogor, Ancaman Jalur Tikus Masih Diusut