HUKAMANEWS Greenfaith – Perubahan iklim bukan lagi isu masa depan, tapi sudah menjadi bagian dari realitas yang kita hadapi sekarang.
Mulai dari gelombang panas yang semakin sering terjadi, banjir bandang yang melumpuhkan kota, hingga krisis air dan pangan yang mengancam ketahanan masyarakat.
Di tengah kondisi ini, muncul dua istilah yang sering dibahas: adaptasi dan mitigasi perubahan iklim.
Buat kamu yang masih bingung membedakan keduanya, penting banget untuk memahami peran masing-masing dalam menghadapi krisis iklim yang makin nyata.
Baca Juga: Krisis Iklim Bikin Kesehatan Mental Terancam, Anak Muda dan Petani Jadi Kelompok Paling Rentan
Adaptasi dan mitigasi memang terdengar mirip, tapi sebenarnya punya fokus aksi yang berbeda.
Keduanya sama-sama penting, dan justru saling melengkapi dalam strategi menghadapi ancaman perubahan iklim.
Kalau kamu pernah bertanya, "lebih penting adaptasi atau mitigasi?", mungkin jawabannya adalah: tergantung konteksnya.
Adaptasi: Cara Bertahan di Tengah Krisis yang Sudah Terjadi
Adaptasi adalah cara kita menyesuaikan diri terhadap dampak perubahan iklim yang sudah terjadi atau tidak bisa dihindari.
Langkah-langkah adaptasi bersifat reaktif sekaligus antisipatif, artinya kita mencoba bertahan dan mengurangi kerugian dari kondisi lingkungan yang makin ekstrem.
Contohnya bisa kamu lihat di kota-kota besar yang kini mulai membangun infrastruktur hijau.
Taman kota, atap hijau, hingga jalur pedestrian yang rindang bukan hanya mempercantik kota, tapi juga jadi solusi menghadapi suhu ekstrem.
Begitu juga dengan material bangunan yang lebih tahan panas, yang bisa mengurangi kebutuhan pendingin ruangan.