climate-justice

Fikih Transisi Energi Berkeadilan, Komitmen Muhammadiyah untuk Umat dan Keberlanjutan Bumi

Sabtu, 28 September 2024 | 15:08 WIB
peluncuran buku Fikih Transisi Energi Berkeadilan di kantor PP Muhammadiyah, Jumat 27 September 2024.

Melalui buku ini, Muhammadiyah tidak hanya sekadar mengajukan gagasan teologis, tetapi juga menghadirkan solusi konkret. Hening Parlan, dari GreenFaith dan salah satu penulis buku, menekankan bahwa fikih ini bukan hanya wacana, melainkan dilengkapi dengan rencana aksi yang jelas.

“Fikih ini merupakan ijtihad intelektual warga Muhammadiyah dalam menanggapi isu energi. Kita tidak bisa lagi hanya mengandalkan energi kotor,” ujar Hening.

Sejalan dengan inisiatif MLH PP Muhammadiyah, dukungan terhadap program transisi energi ini akan terus digalakkan. Salah satu inisiatif yang kini tengah diupayakan adalah Program 1000 Cahaya, bekerja sama dengan Yayasan Visi Indonesia Raya Emisi Nol Bersih (ViriyaENB).

Program ini mendorong tercapainya emisi nol bersih melalui penerapan ekonomi regeneratif yang dapat memperbaiki kerusakan lingkungan dan mendorong penggunaan energi terbarukan.

Baca Juga: Kolera Mewabah di Sudan, 15.000 Kasus dan 500 Kematian, Apa yang Terjadi di Balik Krisis Kesehatan Ini?

Tantangan Menuju Net Zero Emission

Indonesia memiliki potensi besar dalam hal energi baru dan terbarukan (EBT). Namun, menurut Sahid Djunaedi, Sekretaris Direktorat Jenderal EBTKE, pemanfaatan potensi tersebut masih sangat rendah.

“Pemanfaatan saat ini baru mencapai 13.000 megawatt atau hanya 0,3% dari total potensi EBT,” ungkapnya.

Padahal, pemerintah Indonesia telah menargetkan untuk mencapai net zero emission pada tahun 2060. Dalam konteks ini, Sahid menyambut baik dukungan Muhammadiyah, yang melalui fikih ini turut mendorong percepatan transisi energi bersih di kalangan umat Islam.

Baca Juga: Polisi Usut Dumas Pertemuan Misterius Wakil Ketua KPK dengan Terpidana Korupsi, Konspirasi atau Kebetulan?

Melalui buku ini, Muhammadiyah memberikan landasan yang kuat bagi umat Muslim untuk berperan aktif dalam mendukung target energi bersih Indonesia. Di samping itu, pemerintah juga tengah menyusun RUU Energi Baru Terbarukan yang diharapkan dapat menjadi payung hukum bagi kebijakan pengembangan energi terbarukan di tanah air.

Fikih Transisi Energi Berkeadilan disusun berdasarkan beberapa prinsip dasar dalam Islam, seperti Tauhid, Ayat (tanda-tanda kebesaran Tuhan), Amanah, Adil, dan Mizan (keseimbangan). Prinsip-prinsip ini memberikan arahan moral yang kuat bahwa menjaga keberlanjutan energi dan lingkungan bukan hanya tuntutan zaman, tetapi juga bagian dari kewajiban agama.

Melalui upaya ini, Muhammadiyah bukan hanya menciptakan panduan spiritual, tetapi juga menghadirkan solusi praktis, mulai dari level konsep hingga aksi nyata di lapangan. Buku ini juga menjadi acuan untuk program-program lainnya, seperti Sedekah Energi dan Bengkel Hijrah Iklim, yang bertujuan mengedukasi pemuka agama muda tentang pentingnya transisi energi berkeadilan.

Baca Juga: Rahasia Kode 'Pesta' di Balik 7 Jenazah Remaja di Kali Bekasi, Ternyata Tawuran Bukan Sekadar Perkelahian Remaja!

Peluncuran resmi buku ini akan dilakukan di kegiatan Tanwir Muhammadiyah di Nusa Tenggara Timur beberapa bulan mendatang. Sebagai organisasi Islam terbesar di Indonesia, Muhammadiyah terus berkomitmen untuk memimpin perubahan menuju energi yang bersih, berkeadilan, dan berkelanjutan.

Halaman:

Tags

Terkini

Banjir Sumatra dan Krisis Moral Ekologis Bangsa

Sabtu, 6 Desember 2025 | 22:05 WIB

Tragedi Sumatera, Ketika Kesucian Alam Dipertaruhkan

Kamis, 4 Desember 2025 | 14:07 WIB