HUKAMANEWS - Sudan kembali menjadi sorotan dunia akibat wabah kolera yang telah merenggut lebih dari 500 jiwa, dengan jumlah kasus yang terus meningkat hingga melampaui angka 15.000.
Wabah ini diumumkan oleh Kementerian Kesehatan Sudan pada Agustus lalu, menyusul krisis kesehatan yang makin memburuk di tengah konflik bersenjata yang terjadi sejak April 2023.
Konflik antara angkatan bersenjata Sudan dan Pasukan Dukungan Cepat paramiliter, yang menyebabkan gencatan senjata sementara beberapa kali, belum berhasil meredakan ketegangan atau memulihkan situasi kesehatan di negara tersebut.
Baca Juga: Menparekraf Sandiaga Uno Pastikan MotoGP Sport di Sirkuit Mandalika Tetap Berlanjut Hingga 2027
Kolera, penyakit infeksi yang sangat menular, menyebar melalui berbagai cara seperti air dan makanan yang terkontaminasi.
Penyakit ini bisa menyebabkan diare akut yang dalam kasus parah dapat berakibat fatal hanya dalam beberapa jam jika tidak diobati dengan cepat.
Menurut data terbaru dari Kementerian Kesehatan Sudan, wabah kolera yang terjadi telah menyebar di 10 provinsi, dengan total 15.577 kasus dan 506 korban meninggal hingga 27 September 2024.
Baca Juga: Mengerikan Ketika Tahu Fakta Dibalik Ditemukkannya Ribuan Botol Baby Oil di Mansion Rapper P Diddy
Penanganan terhadap wabah ini menjadi semakin sulit karena kondisi konflik yang berlarut-larut di Sudan.
Sistem kesehatan yang sudah lemah sebelum konflik kini berada di ambang kehancuran, memperburuk akses terhadap perawatan medis yang sangat dibutuhkan oleh ribuan penderita kolera.
Konflik yang berkepanjangan antara angkatan bersenjata dan Pasukan Dukungan Cepat paramiliter di Sudan bukan hanya berdampak pada keamanan, tetapi juga pada kesehatan masyarakat.
Baca Juga: Terjangan Badai Helene Tewaskan 26 Orang, Siapa yang Siap Hadapi Kekuatan Alam? Intip Dampaknya!
Komite Internasional Palang Merah telah memperingatkan bahwa pertempuran yang masih berlangsung dapat mempercepat penyebaran penyakit, seperti kolera dan penyakit menular lainnya, terutama di wilayah yang sulit dijangkau dan minim fasilitas kesehatan.
Sistem layanan kesehatan di Sudan semakin runtuh akibat ketidakstabilan yang disebabkan oleh konflik ini.
Pasokan medis terhambat, rumah sakit kewalahan dengan jumlah pasien, dan banyak fasilitas kesehatan yang hancur atau tidak berfungsi akibat serangan.
Artikel Terkait
Hujan Salju di Afrika Selatan, Saat Savana dan Gurun Berselimut Putih hingga Jalanan Terblokir
Siapkan Kacamata, Ada Gerhana Matahari Cincin 2 Oktober 2024, Fenomena Langka yang Harus Kamu Saksikan!
70 WNI di Lebanon Keukeuh Tolak Evakuasi Meski Serangan Israel Semakin Brutal, Ini Alasan Mereka Memilih Tetap di Zona Konflik
Yaman Janjikan Tak Akan Hentikan Serangan Rudal Hipersonik dan Drone Pembom ke Israel
Terjangan Badai Helene Tewaskan 26 Orang, Siapa yang Siap Hadapi Kekuatan Alam? Intip Dampaknya!