Hasilnya menunjukkan, 59,4 persen konsumsi listrik berasal dari pendingin ruangan, sementara pencahayaan menyumbang 31,8 persen. Meskipun begitu, berdasarkan standar Kementerian ESDM, Kampus IV UAD termasuk dalam kategori sangat efisien.
“Efisiensi energi bukan sekadar soal biaya. Ini tanggung jawab terhadap bumi,” kata Damar.
Dari hasil audit itu, tim merekomendasikan pemasangan PLTS rooftop berkapasitas 10,08 kWp di Gedung Laboratorium Terpadu UAD. Energi yang dihasilkan mencapai 13,06 MWh per tahun, dengan potensi penghematan listrik sekitar 12 persen.
Baca Juga: Rapuhnya Integritas “Wakil Tuhan di Muka Bumi”
Dengan investasi senilai Rp138 juta, sistem ini diperkirakan balik modal dalam delapan tahun.
“Investasi energi bersih bukan beban, tapi langkah cerdas jangka panjang,” tegas Damar.
Ia menambahkan, penggunaan PLTS dapat diperluas ke gedung-gedung lain agar manfaatnya semakin besar.
Program 1000 Cahaya Muhammadiyah menjadi jembatan antara riset dan aksi sosial.
Melalui TOT Kader Pintar, 58 peserta dari sekolah dan pesantren Muhammadiyah belajar menerapkan energi terbarukan di lingkungan masing-masing.
Mereka tidak hanya membawa ilmu, tetapi juga semangat perubahan. Dari Yogyakarta, gerakan ini diharapkan menyebar ke seluruh Indonesia.
“Transisi energi bukan sekadar teknologi, tapi cara pandang baru. Inilah bentuk dakwah berkemajuan Muhammadiyah,” kata Damar menutup sesinya. ***
Artikel Terkait
Transisi Energi Gagal Berkeadilan, Tokoh Lintas Iman Desak Pemerintah Tinjau Ulang Arah Kebijakan Nasional
Saat Iman Bergerak untuk Bumi, Lintas Agama Serukan Energi Berkeadilan
Dari Akar Rumput hingga Generasi Muda Serukan Suara Baru untuk Energi yang Adil dan Bersih
Tanam Pohon dan Efisiensi Energi Warnai Aisyiyah Cadre Camp Jawa Tengah
1000 Cahaya Muhammadiyah Latih Guru Sekolah dan Pesantren Jadi Pionir Transisi Energi Indonesia