Sementara itu, Direktur Program Eco Bhinneka Muhammadiyah, Hening Parlan, mengingatkan bahwa sejarah selalu mengajarkan kerjasama lintas agama.
“Tak ada daerah yang maju hanya dengan satu agama. Anak muda punya kekuatan untuk membawa perubahan melalui karya nyata,” tuturnya.
Dari Tagilom, anak-anak muda Ternate belajar, toleransi bukan sekadar slogan. Ia berakar dari pengalaman sejarah, dirawat lewat perjumpaan, dan diperkuat melalui aksi nyata. Dari rumah ibadah hingga kedaton, mereka menemukan bahwa keberagaman adalah anugerah, dan persaudaraan adalah warisan yang tak ternilai.***
Artikel Terkait
Suara Perempuan dari Pesantren untuk Keadilan Iklim
Keadilan Ekologis Butuh Riset yang Turun ke Akar Masalah
Perempuan Pulau Pari: Penjaga Laut, Penjaga Kehidupan
GreenFaith Indonesia Raih PAN Award, Menggema Sebagai Pejuang Lingkungan Terdepan
GreenFaith Indonesia dan GPIB Mengikat Komitmen Iman untuk Bumi
Geliat Eco Spiritualitas dalam Menjawab Krisis Lingkungan