Hal ini penting mengingat sektor pertanian juga berkontribusi terhadap emisi gas rumah kaca, terutama jika masih menggunakan bahan bakar fosil untuk operasional sehari-hari.
Dengan demikian, pendekatan ini sejalan dengan prinsip pembangunan berkelanjutan dan target transisi energi nasional.
Kisah Desa Krandegan bisa menjadi contoh inspiratif bagi daerah lain yang memiliki tantangan serupa.
Tak hanya menyentuh aspek teknis, tetapi juga membawa dampak sosial dan ekonomi yang signifikan.
Baca Juga: Zakat untuk Energi Bersih: Ketika Dana Umat Bicara tentang Masa Depan Bumi
Saat desa mampu mengelola energi secara mandiri dan efisien, maka ketahanan pangan pun akan lebih terjaga.
Keberhasilan ini juga bisa menjadi sinyal positif bagi pemerintah pusat untuk terus mendorong program bantuan energi terbarukan di sektor pertanian.
Tak hanya sebagai solusi teknis, tapi juga strategi peningkatan kesejahteraan masyarakat desa secara menyeluruh.
Jika tren ini berlanjut, bukan tak mungkin Desa Krandegan akan menjadi pionir pertanian berkelanjutan berbasis energi bersih di Jawa Tengah.
Dan yang lebih penting, para petani tak lagi harus berjudi dengan musim, karena kini mereka punya kendali atas pasokan air dan energi.
Baca Juga: Menepi dari Asap, Menjemput Energi Bersih
Langkah kecil ini bisa menjadi awal dari lompatan besar menuju masa depan pertanian Indonesia yang lebih mandiri dan ramah lingkungan.***
Artikel Terkait
Bukan Cuma Nelayan, Perempuan Pesisir Ternyata Jadi Garda Terdepan Hadapi Krisis Iklim dengan beban Ganda
Bukan Wacana Lagi, PLTU Batu Bara Bakal Disuntik Mati, Simak Isi Aturan Menteri ESDM Bahlil Lahadalia
Hari Bumi 2025 Bukan Sekedar Seremoni, Suhu Naik, Hutan Hilang, Laut Meninggi Dampak Nyata Krisis Iklim, Saatnya Bertindak Nyata Jaga Lingkungan
Hari Bumi Sedunia 2025, Momentum Aksi Nyata di Tengah Krisis Lingkungan Global
Kereta Api Indonesia Prioritaskan Kelestarian Lingkungan