HUKAMANEWS - Setiap tanggal 22 April, dunia memperingati Hari Bumi Sedunia sebagai ajakan bersama untuk lebih peduli terhadap planet yang kita tinggali.
Tahun ini, Hari Bumi memasuki perayaan ke-55 dengan membawa pesan kuat tentang pentingnya keterlibatan setiap individu dalam menjaga lingkungan.
Hari Bumi bukan sekadar perayaan seremonial, melainkan gerakan global yang lahir dari keprihatinan terhadap krisis ekologis yang semakin mengkhawatirkan.
Isu seperti perubahan iklim, polusi plastik, dan ancaman terhadap keanekaragaman hayati menjadi sorotan utama dalam peringatan kali ini.
Kamu mungkin tidak langsung melihat dampaknya setiap hari, tapi jejak kerusakan lingkungan itu nyata—mulai dari udara yang makin kotor hingga lautan yang penuh sampah plastik.
Melalui momen ini, dunia diingatkan kembali bahwa perubahan besar bisa dimulai dari langkah kecil.
Gerakan Hari Bumi mengajak kamu dan semua orang untuk aktif mengambil bagian dalam menyelamatkan bumi, bukan hanya lewat wacana, tapi juga aksi nyata yang konsisten.
Sejarah Panjang Hari Bumi Sedunia
Hari Bumi pertama kali diperingati pada 22 April 1970 di Amerika Serikat, sebagai hasil inisiatif Senator Gaylord Nelson bersama aktivis lingkungan Denis Hayes.
Mereka melihat kondisi lingkungan yang memburuk akibat pertumbuhan industri yang tak terkendali.
Polusi udara dan air kala itu menjadi masalah besar yang belum banyak mendapat perhatian.
Berbekal semangat dari gerakan sosial pada era 60-an, Nelson mengubah energi protes menjadi momentum penyadaran lingkungan yang masif.
Bersama Hayes, ia mengorganisir kampanye nasional yang berhasil menarik 20 juta orang Amerika untuk turun ke jalan menuntut perlindungan terhadap lingkungan.
Artikel Terkait
Sangurejo dan Revolusi Hijau dari Mimbar, Ketika Framing Agama Jadi Motor Aksi Lingkungan
Tanpa Teknologi, Masyarakat Adat Ternyata Punya Cara Ampuh Jaga Bumi, Saatnya Kita Belajar dari Mereka untuk Solusi krisis iklim
Krisis Iklim Bikin Kesehatan Mental Terancam, Anak Muda dan Petani Jadi Kelompok Paling Rentan
Perbedaan Adaptasi vs Mitigasi Perubahan Iklim, Beda Tipis Tapi Dampaknya Bisa Menyelamatkan Hidup
Bandung Macet Makin Parah Bukan Takdir! Transportasi Publik Berkeadilan Bisa Cegah Krisis Iklim, tapi Siapa yang Peduli?