Hasilnya, masyarakat lebih aktif dan terlibat tanpa perlu merasa digurui atau dipaksa.
Pelajaran penting lainnya dari Dusun Sangurejo adalah bagaimana narasi global bisa diterjemahkan ke dalam kearifan lokal dengan sangat luwes.
Para pemuka agama di sana tidak sekadar menyalin wacana internasional soal perubahan iklim, tetapi menyusunnya kembali agar selaras dengan nilai-nilai lokal dan keagamaan yang sudah lama hidup di tengah masyarakat.
Ini yang membuat pendekatan tersebut begitu kuat.
Bukan sekadar soal informasi, tapi tentang bagaimana informasi itu dibingkai dan disampaikan agar bisa diterima secara emosional dan spiritual.
Baca Juga: Menepi dari Asap, Menjemput Energi Bersih
Jika ilmu pengetahuan memberi data dan analisis, maka agama memberikan konteks moral dan emosional untuk bertindak.
Kombinasi keduanya yang menjadi kunci efektivitas gerakan lingkungan di Sangurejo.
Langkah Dusun Sangurejo ini menunjukkan bahwa pelestarian lingkungan tidak hanya urusan teknologi atau regulasi.
Lebih dari itu, ia adalah soal pendekatan, bahasa, dan nilai yang digunakan dalam menyampaikannya.
Kisah dari Sangurejo bisa menjadi inspirasi nyata bagi daerah-daerah lain di Indonesia untuk menggagas gerakan lingkungan dengan cara yang lebih relevan dan menyentuh.
Baca Juga: Kereta Api Indonesia Prioritaskan Kelestarian Lingkungan
Melibatkan tokoh agama dalam aksi lingkungan bukan hanya strategi sosial, tapi langkah strategis untuk membangun kesadaran jangka panjang.
Dengan menggabungkan nilai spiritual, budaya lokal, dan pengetahuan ilmiah, gerakan lingkungan bisa tumbuh lebih kuat dan berkelanjutan.
Dusun Sangurejo telah memberi contoh, sekarang giliran yang lain mengikuti.
Artikel Terkait
Mengapa Perempuan Paling Terdampak Perubahan Iklim? Ini Alasannya yang Jarang Disorot
Bukan Cuma Belanda, Indonesia Punya Kincir Raksasa di Sidrap Sulsel Penghasil Energi Bersih yang Bisa Cas Jutaan HP Sekaligus!
Bukan Cuma Nelayan, Perempuan Pesisir Ternyata Jadi Garda Terdepan Hadapi Krisis Iklim dengan beban Ganda
Bukan Wacana Lagi, PLTU Batu Bara Bakal Disuntik Mati, Simak Isi Aturan Menteri ESDM Bahlil Lahadalia
Hari Bumi 2025 Bukan Sekedar Seremoni, Suhu Naik, Hutan Hilang, Laut Meninggi Dampak Nyata Krisis Iklim, Saatnya Bertindak Nyata Jaga Lingkungan