Mereka menggunakan istilah yang akrab di telinga masyarakat, seperti “Dari Sampah Jadi Jariyah” dan “Sedekah Sampah”.
Tujuannya jelas: mengubah cara pandang warga terhadap sampah—dari sesuatu yang najis menjadi sumber pahala.
Masjid Jadi Bank Sampah
Seiring waktu, inisiatif warga kian terstruktur.
Pada 2022, Masjid dijadikan pusat aktivitas bank sampah.
Warga membawa sampah rumah tangga seperti kardus, botol plastik, dan kaleng ke masjid.
Barang-barang itu dipilah, dijual, dan hasilnya disalurkan untuk membantu fakir miskin.
Baca Juga: Nuzulul Quran dan Pesan Al-Qur'an, Kenali Istilah Ekologis yang Bisa Ubah Cara Kita Menjaga Bumi
Gerakan ini tidak hanya berdampak pada kebersihan lingkungan, tapi juga menciptakan solidaritas sosial.
Satu tahun kemudian, Sangurejo resmi mendeklarasikan diri sebagai kampung iklim.
Gerakan lingkungan berbasis masjid terus diperluas lewat “Kiai Peduli Sampah”, yang berhasil membentuk lebih dari 300 kelompok sedekah sampah di berbagai wilayah.
Ekonomi Bangkit Lewat Limbah
Hasil dari perubahan perilaku itu bukan main.
Hampir tidak ada lagi warga yang membuang sampah ke sungai atau saluran air.
Baca Juga: Gerakan Puasa Energi di Bulan Ramadan Berhasil Hemat 59.063 Jam & Selamatkan Puluhan Juta Rupiah
Artikel Terkait
Ramadhan Hijau, Saatnya Beribadah Sambil Menjaga Lingkungan
Menjaga Lingkungan Sebagai Bagian dari Iman, Solusi Berbasis Kepercayaan untuk Indonesia
Timbulsloko Hilang Ditelan Laut! Bukti Nyata Krisis Iklim yang Mengancam Ribuan Desa Pesisir
Rahasia Leluhur Sunda dalam Menjaga Alam, Pesan Kuno yang Bisa Selamatkan Lingkungan Hari Ini!
Menggalang Kolaborasi Lintas Agama untuk Perlindungan Hutan Tropis dan Masyarakat Adat di Indonesia