HUKAMANEWS Greenfaith - Harmoni antara manusia dan alam bukan sekadar wacana, tetapi amanat leluhur yang harus dijaga.
Pangeran Madrais, tokoh spiritual Sunda Wiwitan, telah menuliskan ajaran penting tentang keseimbangan lingkungan dalam manuskrip kunonya.
Pesan ini menjadi semakin relevan di tengah krisis ekologi yang kita hadapi saat ini.
Sejalan dengan gerakan Religious Environmentalism Actions (REACT), warisan Madrais membuktikan bahwa spiritualitas bisa menjadi dorongan kuat untuk menjaga bumi.
Pesan Leluhur: Kewajiban Menjaga Alam dan Bangsa
Di Tugu Kujang Bogor, ada sebuah kutipan bijak: Kiwari Ngancik Bihari Seja Ayeuna Pikeun Jaga.
Artinya, “Apa yang kita nikmati hari ini adalah jerih payah leluhur; apa yang kita lakukan sekarang adalah untuk masa depan.”
Ungkapan ini bukan sekadar hiasan, tetapi warisan pemikiran Pangeran Madrais (1822-1939).
Dalam manuskripnya, Madrais menegaskan bahwa manusia memiliki dua tanggung jawab utama: menjaga kebangsaan dan merawat alam.
Ini bukan hanya pesan moral, tetapi sebuah panggilan untuk bertindak. Sejalan dengan prinsip REACT, ajaran ini menegaskan bahwa nilai spiritual dapat menjadi fondasi bagi kesadaran ekologis yang lebih dalam.
Baca Juga: Keren, Baru Kali Ini Ada Toilet Diatas Awan di Gunung Rinjani Lombok
Sunda Wiwitan: Tradisi yang Menyatu dengan Alam
Sebagai bagian dari ajaran Sunda Wiwitan, kepercayaan terhadap keterkaitan manusia dengan alam begitu kuat.
Alam bukan hanya sumber daya, tetapi bagian tak terpisahkan dari kehidupan spiritual.
Artikel Terkait
Ramadan Hijau, Menggugah Kesadaran Ekologis di Tengah Tradisi Ibadah
Transisi Energi Tak Hanya Soal Mengganti Energi Kotor Menuju Energi Bersih, Tapi Juga Harus Adil Bagi Kelompok Rentan
Ramadhan Hijau, Saatnya Beribadah Sambil Menjaga Lingkungan
Menjaga Lingkungan Sebagai Bagian dari Iman, Solusi Berbasis Kepercayaan untuk Indonesia
Timbulsloko Hilang Ditelan Laut! Bukti Nyata Krisis Iklim yang Mengancam Ribuan Desa Pesisir