“Sejak menjadi Warisan Dunia UNESCO, Sawahlunto bukan hanya milik masyarakat lokal, tetapi juga bagian dari dunia internasional. Kami ingin menjaga keberlanjutan kota ini dengan pendekatan yang melibatkan semua pihak,” kata Irzam, Asisten I Pemerintahan Kota Sawahlunto.
Pentingnya kolaborasi ini juga ditegaskan oleh Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kota Sawahlunto, Adi Muaris.
Menurutnya, krisis lingkungan bukan hanya isu ilmiah, tetapi juga tanggung jawab keagamaan.
“Pemanasan global dan kerusakan ekosistem adalah akibat dari kelalaian manusia. Kami berharap lahan bekas tambang bisa dikelola kembali menjadi hijau dan bermanfaat bagi masyarakat,” tegasnya.
Salah satu tantangan utama yang dihadapi Sawahlunto adalah penurunan Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH).
Baca Juga: Puasa Energi di Ramadan, Muhammadiyah dan Greenfaith Dorong Transisi Energi Berkeadilan
Kepala Bidang Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman, Pertanahan, dan Lingkungan Hidup Sawahlunto, Heanthomas, menyoroti perlunya pendekatan pembangunan rendah karbon.
“Kami butuh kesadaran masyarakat dalam pengelolaan sampah dan air, serta program-program yang bisa meningkatkan kualitas lingkungan,” ungkapnya.
Masyarakat adat Minangkabau pun memiliki peran penting dalam upaya ini.
Dahler Datuak Panghulu Sati dari Lembaga Kerapatan Adat Alam Minangkabau (LKAAM) Kota Sawahlunto menekankan bahwa kearifan lokal harus menjadi pijakan utama.
Baca Juga: Kolaborasi Lintas Iman untuk Menggali Peran Agama dalam Mengelola Risiko Lingkungan
“Sejak dulu, adat Minangkabau sudah mengatur pengelolaan lingkungan. Jika kita kembali ke prinsip itu, kita bisa menjaga Sawahlunto tetap hijau dan berkelanjutan,” ujarnya.
Forum diskusi ini menandai langkah awal dalam membangun sinergi antara agama, budaya, dan kebijakan lingkungan.
Dengan pendekatan yang inklusif, harapannya Sawahlunto bisa menjadi model kota bersejarah yang tidak hanya kaya akan budaya, tetapi juga berdaya dalam menjaga kelestarian lingkungan.
Semua pihak kini ditantang untuk berkontribusi, karena masa depan lingkungan adalah tanggung jawab bersama.***
Artikel Terkait
PGI Tolak Mengelola Tambang, Berbeda dengan Muhammadiyah dan NU
Hukuman 5 Tahun Penjara untuk Aktivis Iklim di Inggris, Just Stop Oil Jadi Sorotan
Indonesia Kena Prank! Janji Kucurkan Dana JETP Miliaran Dollar, Cuma Angin Surga, Adik Presiden Murka
Mak Jah, Penjaga Terakhir Desa Bedono yang Hilang, Bertahan Seorang Diri Melawan Abrasi Laut
Kiamat Ekologis di Depan Mata, Begini Peran Umat Islam dalam Menghadapi Krisis Lingkungan Global